Scroll untuk baca artikel
Blog

Samar, Informasi Laba Keseluruhan BUMN

Redaksi
×

Samar, Informasi Laba Keseluruhan BUMN

Sebarkan artikel ini

Meskipun bisa beralasan karena dampak pandemi covid-19, kenaikan laba pada tahun 2021 baru bersifat pemulihan dari penurunan yang luar biasa pada tahun 2020. Pemulihan pun belum terjadi sepenuhnya, karena hanya setara dengan tahun 2019. Tahun 2019 justru sudah menurun dari tahun-tahun sebelumnya.    

Sekali lagi, karena data rentang waktu (time series) belakangan ini tidak lagi disajikan oleh laman Kementerian, maka menjadi tidak mudah bagi publik untuk mencermati apalagi menganalisisnya. Ada beberapa data yang memang mesti dimutakhirkan terkait dengan keterlambatan audit atas laporan keuangan beberapa BUMN.

Sebagai contoh perbedaan informasi laba tahun 2021 dari Menteri Erick Thohir di atas dengan yang disajikan dalam lampiran Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2021. LKPP tiap tahun mencakup keuangan BUMN secara konsolidasi. LKPP disampaikan Pemerintah kepada BPK pada akhir Maret, dan diperiksa hingga akhir Mei.

Laba tahun berjalan dari 91 BUMN dalam binaan Kementerian BUMN tahun 2021 tercatat sebesar Rp148 Triliun. Namun hingga LKPP audited diumumkan, masih ada 33 BUMN yang belum diaudit. Sedangkan informasi laba sebesar Rp126 trilyun tadi disampaikan Menteri pada Juni 2022.

Perlu diperhatikan bahwa persentase laporan keuangan BUMN yang belum diaudit ketika LKPP sudah disampaikan meningkat pesat selama tiga tahun terakhir atau di era Menteri Erick Thohir. Secara jumlah BUMN dan persentase dari total BUMN adalah sebagai berikut: 23 BUMN atau 20,35% (2019), 43 BUMN atau 40,19% (2020), dan 33 BUMN atau 36,26%.

Fenomena ini belum terjadi pada beberapa tahun sebelumnya. Hanya 4 BUMN atau 3,39% (2016), 8 BUMN atau 6,96% (2017), dan 8 BUMN atau 7,08% (2018).

Selain itu, salah satu cara sederhana menilai perkembangan kinerja keuangan BUMN konsolidasi adalah dengan mencermati rasio laba atas aset dan rasio laba atas Ekuitas. Berdasar data LKPP 2021 yang mencatat laba sebesar Rp148 Trilyun, rasio atas aset (1,48%) dan atas Ekuitas (5,18%). Meskipun membaik dibanding 2020, rasionya masih jauh lebih buruk dibanding tahun-tahun sebelumnya. [rif]