Laporan BNPB tahun 2020 mencatat ada sebanyak 332 kabupaten/kota di Indonesia yang berisiko tinggi terdampak bencana banjir; dengan sebanyak 170 juta jiwa orang berisiko terdampak banjir; serta nilai aset terpapar yang melebihi Rp750 triliun.
Dalam temuannya, BNPB menyebut bahwa tinggi rendahnya risiko ancaman banjir di sebuah wilayah amat bergantung pada 3 komponen utama yang saling memengaruhi, yaitu bahaya (hazard), ketahanan (capacity), dan kerentanan (vulnerability).
Komponen bahaya menjadi komponen yang sangat kecil—bahkan nyaris tidak mungkin—untuk diubah. Komponen ketahanan bisa ditingkatkan. Komponen kerentanan bisa diturunkan.
Pada wilayah-wilayah yang mengalami banjir intensif, umumnya ditemukan bahwa ada kombinasi antara bahaya tinggi, ketahanan rendah, dan kerentanan tinggi. Ciri-ciri paling sering ditemukan adalah sebagai berikut:
- Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) kritis. Akibatnya resapan air hujan berkurang.
- Buruknya sistem drainase.
- Kemampuan maupun jumlah SDM terbatas.
- Teknologi peringatan dini tidak memadai.
- Anggaran minim.
- Pengurangan risiko masih berorientasi pada penanganan dan belum pada pencegahan.
Letusan Gunungapi, Gempa Bumi, dan Ihwal Mengerikan Lainnya
Sisi selatan dan timur negeri ini dikenal sebagai sabuk vulkanik (volcanic arc) di mana terdapat deretan gunungapi tua yang memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa, Sunda Kecil, hingga Sulawesi.
Secara total, ada sebanyak 127 gunungapi aktif terletak di Indonesia, dan 60% di antaranya merupakan gunungapi yang terus bergejolak.
Jika ada satu untuk disebutkan, tentu saja Gunung Merapi layak mendapat sorotan. Gundukan setinggi 2.930 meter ini, dalam seratus tahun terakhir, telah merenggut sekurang-kurangnya 2.000 nyawa dan membawa kerusakan yang luar biasa.
Ambil contoh letusan Merapi tahun 2010. Menurut catatan berita Tempo, Gunung Merapi pada saat itu melontarkan volume material sebanyak 100 juta meter kubik magma. Berikut kutipan berita lengkapnya:
“Gunung Merapi telah memuntahkan sekitar 100 juta meter kubik magma. Suhu magma itu—yang kemudian menjadi lava dan awan panas—mencapai sekitar 600 derajat Celcius. Jika asumsi suhunya sama, energi termal yang dilepaskan Merapi mencapai 12 megaton TNT. Ini sama dengan ledakan 600 bom nuklir yang dijatuhkan di Hiroshima pada 6 Agustus 1945.”
Peristiwa meletusnya Gunung Merapi itu berlangsung selama tiga hari dimulai dari tanggal 26 Oktober 2010.
Sehari sebelum Merapi meletus, atau tepatnya 25 Oktober 2010, di belahan Indonesia yang lain, terjadi gempa bumi 7,7 skala richter yang mengguncang Kepulauan Mentawai dan merenggut 408 nyawa.
Ya. Bencana alam datang silih berganti di Indonesia. Dua peristiwa terakhir yang disebut berturut-turut itu agaknya menyumbang alasan pembenar atas tersematnya julukan “supermarket bencana alam” kepada Indonesia—julukan itu tidak jatuh dari langit.
Akan halnya ancaman letusan gunungapi, ancaman gempa bumi juga mewarnai gejolak bencana di Indonesia.