Foto: Akhirnya saya, KH. Muhasyim, Dr. Ellys dan Dito bisa tersenyum lepas di Garbarata menuju pesawat yang akan menerbangkan rombongan ke Kuala Lumpur.
Usai melewati masa-masa kritis karena mengalami keterlambatan tiba di bandara, saya dan KH. Muhasyim bergegas menuju ruang tunggu penumpang di Gate F2 Bandara Soetta. Sebelum sampai di tujuan, harus lolos pemeriksaan petugas keamaaan bandara (security check). Disini kembali terjadi sedikit insiden karena tas jinjing milik KH. Muhasyim harus ditahan dan diperiksa cukup lama oleh petugas. Sekitar 15 menit, tanpa alasan jelas. Saya yang sudah lolos pemeriksaan harus bolak-balik untuk menjemput KH. Muhasyim namun ditolak petugas. Ini saya lakukan karena sayup-sayup terdengar beberapa kali pengumuman, para penumpang dipersilakan masuk ke pesawat dengan tujuan KL. Selang lima belas menit kemudian, pemeriksaan dianggap selesai.
Lalu dengan langkah gontai sambil menenteng tas jinjing, KH. Muhasyim berjalan melawati Garbarata menuju pesawat. Di dalam Garbarata sudah menunggu Dito dan Dr. Ellys. Kami berempat tidak bisa menyembunyikan berbagai perasaan yang berkecamuk kala itu: antara senang, susah, heran dan sebagainya. Sebagai peringatan atas secuil Drakor di Bandara Soetta menuju Bandara KL, kami berempat mengabadikan dengan berfoto selfi.
Mungkin timbul pertanyaan: “mengapa saya, KH. Muhasyim dan Dr. Ellys masih bisa take of. Padahal mestinya harus sekitar satu atau setengah jam sebelumnya sudah beres mengurus segala dokumen keberangkatan?” Jawabanya tak lain karena keprofesionalan dan pengalaman Dito sebagai even organizer/tour guide yang sudah mengantisipasi berbagai kemungkinan dan peristiwa yang bakal terjadi. Itulah sebabnya, sebelum take of, Dito sudah mengurus semua dokumen perjalanan (dari mulai tiket, check in, paspor, boarding pass hingga sampaidi Bandara KL). Sehingga akhirnya di injury time, kami tetap bisa tetap take of ke Malaysia dan Thailand. [ab].