Scroll untuk baca artikel
Terkini

Sedikit Pemimpin yang Memiliki Pikiran Teknokratis, Ekonom: Di Indonesia Hanya Anies

Redaksi
×

Sedikit Pemimpin yang Memiliki Pikiran Teknokratis, Ekonom: Di Indonesia Hanya Anies

Sebarkan artikel ini

Awalil Rizky menilai Anies Baswedan adalah sosok pemimpin yang memiliki pikiran teknokratis. Bahkan, Anies dianggap satu-satunya pemimpin di Indonesia yang memilikinya.

BARISAN.CO – Ekonom bidang Fiskal, Awalil Rizky menyampaikan pandangannya tentang sosok Gubernur DKI Jakarta dalam Diskusi Publik Refleksi Kepemimpinan 5 Tahun Anies Baswedan di DKI Jakarta.

Menurutnya, Anies adalah sosok pemimpin yang memiliki pikiran teknokratis. Awalil menyampaikan, kepala daerah bahkan presiden terkini itu sebetulnya belum membuktikan sebagai pemimpin apalagi pemimpin yang baik.

“Meningkatnya popularitas dan elektabilitas, belum disebut sebagai pemimpin yang baik apalagi hebat tanpa adanya bukti kinerjanya selama menjabat. Sebagai pemimpin, bisa membuktikan kehebatan, keistimewaannya, setidak-tidaknya kinerjanya bisa diukur dan kita bisa mengukur secara fair juga,” kata Awalil pada Jumat (23/9/2022).

Dia mengatakan, pemimpin yang hebat dan istimewa itu mutlak harus memiliki ide.

“Berbagai ide yang merupakan daftar keinginan, tetapi itu bisa tidak disebut ide yang besar jika hanya daftar keinginan di mana selama perjalanan jabatannya itu bisa banyak yang tidak dapat dibuktikan,” lanjutnya.

Persoalan kedua, bukan saja diwujudkan, Awalil menambahkan, ide besar harus memiliki landasan teknokratis.

“Pemimpin yang hebat pasti memiliki narasi yang baik berdasarkan pikiran-pikiran teknokratis, yaitu dengan landasan ilmiah. Terkhusus mas Anies, beliau memiliki ide besar yang memiliki landasan ilmiah teknokratis,” tambahnya.

Awalil kemudian mengungkapkan bukti pendukung dari ucapannya tersebut.

“Pada waktu kita dulu berjuang, ada tim pakar. Tidak banyak calon kepala daerah memiliki tim pakar. Kalau tim isu, pengolahan setelah Pemilu itu banyak, tapi benar-benar memiliki tim pakar yang isinya cuma pakar, itu baru Anies,” ujarnya.

Dia menuturkan, tim pakar yang hampir 100 orang saat itu tidak dibayar.

“Karena saya salahsatunya bahkan saya ditunjuk sebagai wakil ketua tim pakar sejak waktu kampanye dan berlanjut di masa transisi,” tutur Awalil.

Akan tetapi, Awalil menjelaskan, tim pakar tersebut bukan memberi masukan melainkan Anies yang selalu mengemukakan ide dasar baru tim pakar tersebut memberikan feedback.

“Ide besar seperti penutupan alexis, menolak reklamasi, dan beberapa ide besar lainnya itu termasuk kemudian jalan-jalan lebih pro kepada pejalan kaki dan ruang publik yang terbuka untuk seluruh lapisan itu datang dari beliau. Transportasi murah juga itu sudah dari dia, tapi kemudian dilimpahkan ke beberapa pakar transportasi,” jelasnya.

Awalil memaparkan salah satu ide besar Anies lainnya adalah mengatasi kemiskinan.

“Kita sampaikan, kemiskinan di DKI itu bisa diatasi dengan biaya transportasi, pengobatan, dan lain-lain yang terjangkau. Maka, disusunlah itu,” sambungnya.

Awalil menerangkan, inti dari ide 23 janji kampanye itu bahasa media yang dipilih oleh tim selain tim pakar.

“Tim pakar menggodok, kemudian juru debat mempelajari hasil tim pakar dengan ide besar mas Anies. Selanjutnya, kita latih dan itulah yang kemudian terjadi bahwa ide-ide dikemukakan dalam debat resmi maupun tidak resmi didasari oleh pikiran teknokratis. Tidak banyak pemimpin seperti itu, bahkan tidak ada di Indonesia,” tegas Awalil.