Scroll untuk baca artikel
Blog

Sejarah Berdirinya Kopassus, Ada Jejak Bule Mualaf Idjon Djanbi

Redaksi
×

Sejarah Berdirinya Kopassus, Ada Jejak Bule Mualaf Idjon Djanbi

Sebarkan artikel ini

1 April 1952, atas keputusan Menteri Pertahanan saat itu, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Idjon Djanbi diangkat menjadi Mayor Infanteri TNI dengan NRP 17665. Idjon Djanbi diberi tugas melatih kader dari para perwira dan bintara untuk membentuk pasukan khusus.

Tanggal 16 April 1952, dibentuklah pasukan khusus Kesatuan Komando Teritorium Tentara III/Siliwangi, disingkat Kesko III. Pasukan itu berada di bawah komando Mayor Infanteri Idjon Djanbi. Tanggal itulah yang hingga kini diperingati sebagai hari jadi Kopassus.

Pasukan ini diujicobakan pada 1953 untuk menghalau DI/TII di Jawa Barat. Kawilarang cukup puas dengan aksi pasukan di Gunung Rakutak.

Semula Idjon hanya dibantu Letnan Hang Haryono dan Sersan Mayor Trisno Yuwono. Keduanya pernah mengikuti Combat Intelligence dan memiliki wing penerjun.Dua pelatih itu dirasa kurang seiring berkembangnya pasukan khusus tersebut. Akhirnya, tenaga pelatih ekstra diambil dari Sekolah Kader Infanteri dan Depot Batalyon.

Kendali Kesko III diambil alih langsung di bawah Markas Besar Angkatan Darat pada 18 Maret 1953, namanya pun diganti menjadi Kesatuan Komando Angkatan Darat.

Pada 25 Juli 1955, komando yang dipimpin Mayor Infanteri Idjon Djanbi kembali berubah nama menjadi Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD). Nama Pusat Pasukan Khusus AD (Puspassus AD) dan Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassanda) juga pernah dipakai pasukan yang sekarang dikenal sebagai Komando Pasukan Khusus ini.

Kiprah Mayor Idjon Djanbi dalam mencetak pasukan khusus itu tak selamanya mulus. Banyak pihak yang meminta dirinya diganti atau mengurangi perannya dalam melatih pasukan khusus. Alasannya, pihak-pihak itu khawatir Idjon Djanbi –yang notabene mantan tentara Belanda– menjadi mata-mata untuk Belanda di tubuh Angkatan Darat.

Idjon Djanbi akhirnya memilih mengajukan pensiun. Di akhir tahun 1957, Idjon Djanbi resmi pensiun dan diberi jabatan sebagai kepala perkebunan di sebuah perkebunan milik asing yang telah dinasionalisasi. Idjon Djanbi juga menjalankan bisnis di bidang pariwisata di Yogyakarta.

Pada tahun 1977, Idjon Djanbi terkena sakit usus buntu dan harus menjalan operasi. Dua minggu setelah operasi usus buntu, Idjon Djanbi tutup usia di Rumah Sakit Panti Rapih pada 1 April 1977. Idjon Djanbi lalu dikebumikan di TPU Yogyakarta. [rif]