Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Opini

Titik Temu Ketakwaan dalam Selimut Ramadan

:: Opini Barisan.co
16 April 2021
dalam Opini
Takwa

Photo by Ahmed Aqtai on pexels.com

Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

Alhamdulillah kita masih diberikan nikmat dengan kesempatan bertemunya bulan yang mulia ini. Bulan dimana kalam agung diturunkan, bulan diwajibkannya berpuasa bagi seorang muslim yang mampu. Dan salah satu point dalam menjalankan puasa ramadan adalah derajat takwa. Namun hingga saat ini definisi tentang takwa itu sendiri masih banyak yang memperdebatkan. Apakah ia lahir sebagai wujud kesalehan individu ataukah sosial? Satu wujud variabel yang mewarnai berbagai nilai yang ada di dunia ini. Dalam ayat lain tepatnya pada surat Ath Thalaq ayat 2-3, takwa disebutkan berkait dengan tawakkal.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.  (QS. Al Baqarah: 183)

Secara bagus Muhammad Zuhri mengatakan bahwa titik temu adalah kesamaan anggapan tentang nilai-nilai yang terbentang di dalam cakrawala kehidupan yang menjadi sasaran operasional setiap individu manusia. Penguasaan terhadapnya berwujud orientasi keluar lewat pengabdian sosial, menawarkan hasil kreatifitas. Atau bereksplorasi keruangan dengan menghasilkan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi serta pandangan hidup yang bersifat obyektif.

Berkiprah dalam dimensi tersebut membutuhkan intelektual, bakat, keahlian dan pengetahuan tentang kausalitas alam dan sosial. Serta ambisi yang kuat sebagai dinamis-motifnya. Tujuannya untuk mendapat pengakuan dan kepercayaan dari masyarakat manusia agar dapat berperan serta dalam menangani kepentingan bersamadalam lini kehidupan.  Golongan yang berekspansi ke luar lewat dimensi nilai ini disebut golongan muttaqin oleh Al-Qur’an. “Dan siapa taqwa kepada Allah, Allah akan menjadikan baginya jalan keluar, dan akan memberinya rizki dan arah yang tak dapat diduga” (QS. Ath-Thalaq:3).

Takwa

Bedanya dengan anak sang waktu (mutawakkilin) yang mendapatkan ‘peran’ yang tak tergantikan dari Tuhan. Putera ruang (mutaqin) ini akan memperoleh ‘fungsi’ dari masyarakat yang dapat digantikan oleh pihak lain. Bila anak sang waktu dianugerahi ilmu Allah yang tak bisa dicerna akal. Putra ruang akan dikaruniai ilmu pengetahuan obyektif dari masyarakat dan alamnya. Ketika anak sang waktu menemukan titik-beda dirinya dengan yang lain sebagai hasil dari menggarap diri. Putera ruang menemukan titik temu dirinya dengan semua individu lewat menggarap alam dan lingkungannya. Dan ketika seorang mutawakkilin berada dalam martabat wahdah (unity), seorang mutaqin berada dalam martabat jam’iyah (universality). 

BACAJUGA

Keutamaan sholawat nariyah

Sambut Ramadan Perbanyak Baca Sholawat Nariyah, Ini Keutamaannya

29 Maret 2022
Begini Aturan Jam Kerja ASN Selama Ramadan 1443 Hijriah

Begini Aturan Jam Kerja ASN Selama Ramadan 1443 Hijriah

28 Maret 2022

Begitulah tawakkal dan takwa merupakan dua konsep orang beriman di dalam menemukan dunia-diri dan dunia-milik sebagai medan mencari ridha Allah. Kegagalan seseorang di dalam menangani dunia-milik disebabkan kurang akuratnya di dalam menggarap dunia-diri. Maka untuk mengatasi semua masalah yang berupa bencana, stagnasi, ataupun dilematika kehidupan bukan dengan aktivitas keluar. Melainkan dengan kembali membenahi dunia diri atau sisi dalam dari realita kehidupan kita. “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan yang ada dalam suatu kaum sehingga mereka merubah apa yang ada di dalam dirinya.” (Ar-Ra’du: 30).

Dan lahirlah Sufi-sufi Muhammadis yang berorientasi di dalam dua semesta sekaligus dengan konsep Taqwa dan Tawakkal. Demi mencari ridla-Nya di dunia dan di akhirat. Dan tutuplah layar kerahiban yang lari dari tanggung jawab sosial untuk mencari kepuasan spiritual semata. 

Kerahiban merupakan penyimpangan dari perolehan ketawakalan demi mencapai kesucian pribadi semata, sehingga tertutup baginya untuk menyentuh semesta ketakwaan (pengabdian sosial). “Dan mereka mengada-adakan kerahiban yang tidak Kami perintahkan kepada mereka.” (Al-Hadid: 27)

Insan Kamil

Di dalam dimensi tawakkal dimana setiap indivu muslim telah menemukan titik beda dengan semua individu lain, agama Islam bahkan menemukan titik temu dengan semua agama yang ada. Sebaliknya di dalam dimensi taqwa ketika individu seorang muslim telah menemukan titik temu dengan semua individu manusia, Islam berada di dalam titik beda dengan agama lain, karena keluasan syariatnya yang mencakup urusan duniawi. Hal itu membuat Islam sering diberi predikat sebagai agama materialis oleh pihak lain. 

Namun betapa pun akhirnya harus diakui bahwa Islam merupakan satu-satunya agama yang berhasil memadukan dua dimensi yang biasa dipertentangkan dengan konsep wujud berpasangan (zaujaini). Yaitu dunia-diri yang dapat diatasi oleh Sayidina Isa AS dengan sifat Quddusnya dan dunia-milik yang berhasil diatasi oleh Sayidina Musa AS dengan teknologi-nya (tongkat). 

Dunia diri dan dunia milik merupakan masalah paling dasar di dalam kehidupan manusia, karena keduanya sulit untuk dipadukan di dalam proses aktual tanpa yang satu membantai yang lain. Dampaknya di dalam sejarah beragama pernah memecah ummat Islam menjadi paham Jabariyah dan Qadariyah, golongan Hakekat dan Syariat serta Kaum Sufi dan Fuqaha’. 

Hal itu tidak akan bisa terjadi bila kita sadar bahwa di dalam Islam tidak ada konsep kepemilikan. Semua fasilitas yang disebut dunia milik telah kita terima sebagai amanah atau titipan Tuhan yang harus kita sampaikan kepada yang berhak, yaitu kehidupan. (Al-Ahzab: 72); “Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kamu untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak.” (An-Nisa’: 58)

Selanjutnya untuk memotivasi diri dengan taqwa dan tawakkal di dalam setiap proses aktual, Al-Qur’an mengajarkan teknis dasar yang tersirat di dalam kalimat doa: “Tuhan, masukkanlah aku (ke dalam dunia diri) dengan benar (tawakkal) dan keluarkanlah aku (ke medan amanat) dengan benar (taqwa) dan jadikan bagiku kekuatan penolong dari hadiratMu.” (Al Isra: 80).

Unity

Bila target tersebut terwujud, kita akan menemukan kenyataan seorang insan kamil (mukmin yang sempurna) yaitu seorang yang bermartabat wahdah (unity) sekaligus bermartabat jam’iah (universality). Kini kita berada di dalam kurun zaman di mana ketaqwaan di-slogan-kan dan ketawakalan dicurigai akan menghambat perkembangan ummat manusia. 

Setiap orang berusaha merebut fungsi yang tinggi tanpa peduli apakah dirinya sanggup berperan dengan benar atau tidak. Padahal kita semua tahu bahwa fungsi yang tinggi tanpa kesanggupan memerankan diri yang kualifaid akan menimbulkan huru-hara dan bencana besar bagi ummat manusia. Sedang pemeran yang baik tanpa fungsi yang dipercayakan kepadanya oleh lingkungan tetap akan dapat memproduk nilai buat sesamanya. 

Mungkin karena kesadaran akan hal ini tasawuf mulai dilirik oleh manusia modern yang telah cemas menyaksikan ‘peran aneh’ yang dilakukan oleh umat manusia di panggung sandiwara dunia. Kalau hal itu benar, janji tentang turunnya misi Sayidina Isa AS (tasawwuf) untuk membenahi dan menyempurnakan kualitas pribadi kaum Muslimin di akhir zaman telah tiba. Inilah zaman spiritual. (Luk)

Penulis: Lukni Maulana
Topik: Muhammad ZuhriRamadan
Opini Barisan.co

Opini Barisan.co

Media Opini Indonesia

POS LAINNYA

Mengapa Ridwan Kamil Baru Sekarang Masuk Parpol?
Opini

Mengapa Ridwan Kamil Baru Sekarang Masuk Parpol?

23 Januari 2023
Dua Jalan Sehat dalam Satu Hari
Opini

Dua Jalan Sehat dalam Satu Hari

22 Januari 2023
Imlek, Kesetaraan, dan Keadilan di Jakarta
Opini

Imlek, Kesetaraan, dan Keadilan di Jakarta

22 Januari 2023
BIN Ingatkan Potensi Ancaman 2023 Ekonomi Bakal Gelap, Kenapa Pemerintah Tak Hentikan Bangun Infrastruktur Mercusuar?
Opini

BIN Ingatkan Potensi Ancaman 2023 Ekonomi Bakal Gelap, Kenapa Pemerintah Tak Hentikan Bangun Infrastruktur Mercusuar?

21 Januari 2023
Politik Para Pecundang
Opini

Politik Para Pecundang: Menebar dan Melempar Buah Busuk

21 Januari 2023
cak nun Strukturalisme
Opini

Strukturalisme yang Bertabrakan dengan Kontekstualisme

21 Januari 2023
Lainnya
Selanjutnya
Larangan Tidur Setelah Sahur, Begini Penjelasannya

Larangan Tidur Setelah Sahur, Begini Penjelasannya

Larangan Mahasiswa Demo Omnibus Law dari Kemendikbud Sarat Kekuatan Politik

Presiden Hapus Pendidikan Pancasila & Bahasa Indonesia? Begini Tanggapan Nadiem

Diskusi tentang post ini

TRANSLATE

TERBARU

peran mahasiswa

Didik J Rachbini: Peran Mahasiswa Sekarang Bertanggungjawab Menyuarakan Kebenaran

27 Januari 2023
Relawan ANIESWANGI Hadiri Peresmian Graha Restorasi Partai Nasdem

Relawan ANIESWANGI Hadiri Peresmian Graha Restorasi Partai Nasdem

27 Januari 2023
Jabatan Kades

Desa Bisa Jadi Sarang Korupsi Kalau Jabatan Kades Diperpanjang

27 Januari 2023
Proyek Meikarta

Deret Masalah Meikarta: Izin Seret, Proyek Mangkrak, hingga Kecewakan Konsumen

27 Januari 2023
normalisasi

Normalisasi Perburuk Sedimentasi Sungai, Ciliwung Institute Kritik Keras Jokowi

27 Januari 2023
Impor Gula Akan Meningkat Tahun 2023

Impor Gula Akan Meningkat Tahun 2023

26 Januari 2023
Demo Kepala Desa

Perpanjangan Masa Jabatan Kepala Desa Dinilai Ugal-ugalan

26 Januari 2023

SOROTAN

Jabatan Kades
Sorotan Redaksi

Desa Bisa Jadi Sarang Korupsi Kalau Jabatan Kades Diperpanjang

:: Ananta Damarjati
27 Januari 2023

Korupsi di desa tinggi, perlu perbaikan tata kelola, bukan perpanjangan masa jabatan kades. BARISAN.CO – Dewan Perwakilan Rakyat musti cermat...

Selengkapnya
Anak yang Tumbuh Miskin, Saat Dewasa Sulit Lepas dari Jerat Kemiskinan

Anak yang Tumbuh Miskin, Saat Dewasa Sulit Lepas dari Jerat Kemiskinan

25 Januari 2023
Mengapa Ridwan Kamil Baru Sekarang Masuk Parpol?

Mengapa Ridwan Kamil Baru Sekarang Masuk Parpol?

23 Januari 2023
Dua Jalan Sehat dalam Satu Hari

Dua Jalan Sehat dalam Satu Hari

22 Januari 2023
Imlek, Kesetaraan, dan Keadilan di Jakarta

Imlek, Kesetaraan, dan Keadilan di Jakarta

22 Januari 2023
BIN Ingatkan Potensi Ancaman 2023 Ekonomi Bakal Gelap, Kenapa Pemerintah Tak Hentikan Bangun Infrastruktur Mercusuar?

BIN Ingatkan Potensi Ancaman 2023 Ekonomi Bakal Gelap, Kenapa Pemerintah Tak Hentikan Bangun Infrastruktur Mercusuar?

21 Januari 2023
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Risalah
  • Sastra
  • Khazanah
  • Sorotan Redaksi
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang