Melanggar deadline sama dengan bunuh diri.
BARISAN.CO – Kita tentu sering mendengar istilah deadline (tenggat waktu) dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam pembayaran tagihan bulanan, pekerjaan rumah dari sekolah, hingga tugas pekerjaan.
Saat masih kuliah pun, apabila kerja kelompok, sebagai ketua kelompok, saya memberikan tenggat waktu kepada anggota untuk mengirim tugas sesuai pembagian masing-masing kepada saya. Sebab, beberapa tugas memerlukan proses edit video yang membutuhkan waktu tak sebentar.
Sebelum tenggat waktu, biasanya saya kembali mengingatkan. Namun begitu, saya memang sengaja memberikan tenggat dua hari sebelum tugas harus dikumpulkan. Sehingga, saya masih memiliki cukup waktu untuk mengedit dan mengumpulkan sesuai waktu yang ditentukan oleh dosen.
Dalam dunia kerja, tenggat waktu menjadi salah satu aspek yang paling membuat stres karyawan. Terutama jika waktu yang ditentukan sangat pendek bahkan cenderung tidak realistis.
Mengutip Merriam-Webster, istilah deadline dikenal sejak awal 1860-an, di penjara Andersonville, Georgia. Penjara itu terkenal dengan kondisinya yang buruk dan hukuman keras karena memiliki deadline. Bagi tahanan yang melewati garis itu akan ditembak mati.
Namun, istilah deadline dalam kamus Merriam-Webster itu sudah tidak berlaku, kecuali bagi mereka yang bekerja kepada atasan yang sangat ketat dan keras. Kini, istilah deadline lebih merujuk pada waktu agar pekerjaan harus sudah selesai.
Pola umum ketika tenggat waktu mendekat, karyawan akan menjadi lebih termotivasi dan bekerja lebih pada tugas yang ada, dan kinerja mereka dapat meningkat.
Tenggat waktu biasanya dibuat karena salah satu dari tiga alasan. Pertama, untuk memastikan pekerjaan terselesaikan. Sangat mudah untuk menunda atau melupakan tugas yang tidak memiliki batasan waktu. Tenggat waktu dapat membantu menghindari hal ini.
Kedua, tenggat waktu membantu kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama dan demi menjaga proyek yang kompleks serta bertingkat tetap pada jalurnya. Dan, terakhir, dapat menetapkan harapan dan menghindari kebingungan karena tenggat waktu membantu menetapkan arah dan prioritas yang jelas.
Maka, tak mengherankan mantan jurnalis Jawa Pos, Iwan Samariansyah menyebut melanggar deadline sama dengan bunuh diri karena dapat merusak banyak hal.
Bagi personal yang gagal memenuhi tenggat waktu, itu dapat merusak reputasi dan membahayakan prospek karier. Terutama jika terjadi lebih dari sekali.
Bisa juga merusak di tingkat organisasi. Melewatkan tenggat waktu kemungkinan akan berdampak bagi reputasi perusahaan dan berimplikasi pada keuangan yang serius. Sehingga, ada dua fokus utama untuk mencapai tenggat waktu, yakni mengelola tenggat waktu dan mengelola diri sendiri. [dmr]