Scroll untuk baca artikel
Blog

Seni Jujur

Redaksi
×

Seni Jujur

Sebarkan artikel ini

Persoalan mendasarnya ialah, setiap bidang seni memiliki bahasa tersendiri. Bahasa seni musik, suara itu sebabnya musik acap disebut seni suara.

BAPAK realisme seni lukis Indonesia, S Soedjojono, pernah memberikan sesanti sekitar filsafat keindahan (estetika). Bahwa menurutnya, estetika adalah jiwo katon, jiwa si seniman yang terekspresikan dalam karya.

Persoalan mendasarnya ialah, setiap bidang seni memiliki bahasa tersendiri. Bahasa seni musik, suara — itu sebabnya musik acap disebut seni suara. Bahasa sastra, kata-kata; bagaimana sastrawan mengungkap estetikanya, melalui seni dalam kata-kata.

Lalu bahasa teater adalah gerak, meski teater kerap mengalami ‘impotensi’, ia meminjam tenaga lain sebagai penunjang kekuatannya ialah visi sastra, naskah drama itu.

Lebih spesifik, bahasa seni lukis adalah garis. Bagaimana pelukis mengekspresikan keindahan melalui medium garis. Kalau ada pertanyaan, bagaimana dengan warna dan komposisi. Maka jawabnya bisa dengan pertanyaan pula, bagaimana kalau si pelukis menggunakan media/bahan hitam-putih.

Bagaimana pula kalau si pelukis adalah seorang otodidak yang tidak peduli komposisi. Pablo Picasso bahkan pelukis yang buta perspektif, sehingga lukisannya anti perspektif. Namun dengan demikian karya-karyanya mendunia.

Di Indonesia ada beberapa pelukis yang menggunakan bahasa garis secara blakasuta. Misalnya, Affandi, yang dikenal dengan karya penuh coret-moret serupa cakar ayam. Tetapi gaya/ekspresi melukisnya itu menjadi ciri yang menguatkan karakter keindahannya yang tersendiri dan khas Affandi.

Juga Hendra Gunawan, yang banyak melukis figur manusia non proporsional, bertangan atau berkaki panjang. Pada figur perempuan, selalu berbuah dada dan berbokong lebih besar dari seaslinya. Dua model karya maestro ini telah mendunia dan memasuki balai-balai lelang bertaraf internasional.

Apa yang disebut jiwo katon itu hakikatnya adalah kejujuran sang seniman menguarkan ekspresi jiwanya, bakat alam dan pengalaman intelektualnya. Dan kejujuran itu tersampaikan melalui bahasa garis bak garis dalam lukisan kanak-kanak. Kejujuran dan kepolosan apa adanya, seperti kejujuran mencoretkan garis saat kanak-kanak menggambar.