BARISAN.CO – Masyarakat Jepang terkejut pada Jumat siang (8/7/2022), atas penembakan mantan Perdana Menteri Shinzo Abe. Shinzo Abe ditembak di bagian dada kiri dan leher, saat berpidato kampanye di sebuah sudut jalan di Kota Nara, Jepang bagian barat.
Petugas langsung melarikan Abe ke rumah sakit menggunakan helikopter. Namun sayang, nyawanya tak dapat ditolong. Kematiannya kemudian diumumkan pada Jumat petang.
Tidak lama berselang setelah penembakan itu, polisi langsung menangkap seorang pria terduga pelaku. Dia bernama Yamagami Tetsuya (41). Berdasarkan informasi, pria tersebut ternyata mantan pasukan angkatan laut bela diri Jepang.
Dalam pemeriksaannya, polisi mengungkap bahwa tersangka memang berniat membunuh Shinzo Abe. Yang bersangkutan beralasan tidak puas dengan mantan perdana menteri tersebut.
Bukan yang Pertama di Jepang
Serangan terhadap politikus di Jepang juga bukan sesuatu yang biasa terjadi. Hanya segelintir kejadian yang tercatat dalam setengah abad terakhir.
Kejadian yang paling mencuat adalah pada tahun 2007 di mana Walikota Nagasaki ditembak mati oleh seorang anggota geng, yang kemudian memicu semakin diketatkannya kebijakan senjata api.
Catatan sejarah, pembunuhan seorang mantan perdana menteri terakhir terjadi pada tahun 1936 Keisuke Okada. Okada bersama dengan empat pria lainnya, ditembak dan dibunuh dalam upaya kudeta militer yang dikenal sebagai insiden 26 Februari.
Jepang dikenal negara di mana kebijakan senjata api diberlakukan dengan ketat dan kekerasan terkait politik begitu jarang terjadi.
Obituari Shinzo Abe
Shinzo Abe, perdana menteri terlama di Jepang, yang berusaha mengangkat ekonomi dari deflasi kronis dengan kebijakan “Abenomics” yang berani, memperkuat militer dan melawan pengaruh China yang meningkat, meninggal pada usia 67 tahun.
Abe, yang meninggalkan jabatannya pada tahun 2020, ditembak pada Jumat (8/7/2022) selama pidato kampanye pemilihan dalam serangan yang oleh anak didiknya dan Perdana Menteri Fumio Kishida disebut “benar-benar tidak termaafkan”.
Shinzo Abe lahir 21 September 1954. Di Jepang ia dikenal politikus yang cukup sukses. Pernah menjabat sebagai Perdana Menteri atau PM Jepang selama 4 periode.
Periode pertama yakni sejak 26 September 2006 hingga 26 September 2007. Sebelumnya, ia adalah Kepala Sekretaris Kabinet Jepang dari Perdana Menteri Junichiro Koizumi.
Sejak pengunduran diri pendahulunya Yasuo Fukuda dari perebutan jabatan presiden partai, ia menjadi kandidat utama untuk menggantikan Koizumi saat perdana menteri pensiun pada September 2006.
Ia mengumumkan pencalonannya sebagai perdana menteri pada 1 September 2006 dan dilantik pada 26 September.
Saat masa pemerintahannya sebagai perdana menteri hampir mencapai setahun, Abe mengumumkan pengunduran dirinya pada 12 September 2007, namun ia terus menjabat hingga penggantinya, Yasuo Fukuda terpilih sebagai Ketua LDP pada 23 September 2007 sebelum terpilih sebagai Perdana Menteri Jepang, 25 September 2007. Yasuo Fukuda mulai menjabat dan mengumumkan susunan kabinet pada keesokan harinya.
Pada 26 Desember 2012, ia kembali terpilih menjadi Perdana Menteri Jepang menggantikan Yoshihiko Noda, setelah dipilih oleh parlemen untuk menduduki jabatan yang sama.
Terpilihnya Abe ini menyusul setelah partainya, Partai Demokrat Liberal (LDP) memenangkan Pemilu di awal bulan Desember 2012.
Pada 28 Agustus 2020, ia mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Perdana Menteri Jepang karena kolitis ulseratif. Abe tetap akan menjabat sebagai perdana menteri hingga penggantinya, Yoshihide Suga terpilih sebagai Ketua Partasi Demokrat Liberal (LDP) dan juga terpilih sebagai Perdana Menteri Jepang pada 14 September 2020.
Abe menjadi perdana menteri terlama di Jepang. Tetapi pada musim panas 2020, dukungan untuknya terkikis oleh penanganannya terhadap wabah COVID-19 serta serangkaian skandal termasuk penangkapan mantan menteri kehakimannya.
Dia mengundurkan diri pada bulan September tahun itu tanpa mencapai tujuannya yang telah lama dipegangnya untuk merevisi konstitusi atau memimpin Olimpiade, yang telah ditunda hingga 2021 karena pandemi.
Tapi dia tetap mendominasi Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa, mengendalikan salah satu faksi utamanya. Dia berkampanye untuk pemilihan Majelis Tinggi dua hari kemudian ketika dia dibunuh.