Scroll untuk baca artikel
Kesehatan

Setiap Gigitan Junk Food Meningkatkan Risiko Kanker

Redaksi
×

Setiap Gigitan Junk Food Meningkatkan Risiko Kanker

Sebarkan artikel ini

Keterkaitan ini tetap ada bahkan setelah disesuaikan dengan berbagai faktor sosial ekonomi, perilaku, dan pola makan, seperti status merokok, aktivitas fisik, dan indeks massa tubuh (BMI).

Tim Imperial College London sebelumnya juga telah melaporkan, adanya tingkat konsumsi makanan ultra-olahan di Inggris Raya adalah yang tertinggi di Eropa baik untuk orang dewasa maupun anak-anak.

Sementara, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) sebelumnya telah merekomendasikan untuk membatasi makanan ultra-olahan sebagai bagian dari diet sehat berkelanjutan. Sekarang ada upaya berkelanjutan untuk mengurangi konsumsi makanan ultra-olahan di seluruh dunia.

Negara-negara seperti Brasil, Prancis, dan Kanada telah memperbarui pedoman diet nasional mereka dengan rekomendasi untuk membatasi makanan tersebut. Brasil juga telah melarang pemasaran makanan ultra-olahan di sekolah-sekolah.

“Kami membutuhkan label peringatan kemasan yang jelas untuk makanan ultra-olahan untuk membantu pilihan konsumen, dan pajak gula kami harus diperluas untuk mencakup minuman bersoda ultra-olahan, minuman berbahan dasar buah dan susu, serta produk minuman ultra-olahan lainnya,” jelas Dr. Chang.

Menurutnya, rumah tangga berpenghasilan rendah sangat rentan terhadap makanan ultra-olahan yang murah dan tidak sehat ini.

“Makanan yang diproses secara minimal dan baru disiapkan harus disubsidi untuk memastikan setiap orang memiliki akses ke pilihan yang sehat, bergizi, dan terjangkau,” terangnya.

Penulis utama, Dr. Eszter Vamos dari Sekolah Kesehatan Masyarakat Imperial College London menyampaikan, studi ini menambah bukti yang berkembang bahwa makanan ultra-olahan cenderung berdampak negatif terhadap kesehatan kita termasuk risiko kanker.

“Mengingat tingginya tingkat konsumsi pada orang dewasa dan anak-anak di Inggris, ini memiliki implikasi penting untuk hasil kesehatan di masa depan. Meskipun penelitian kami tidak dapat membuktikan sebab-akibat, bukti lain yang tersedia menunjukkan bahwa mengurangi makanan ultra-olahan dalam pola makan kita dapat memberikan manfaat kesehatan yang penting,” ungkapnya.

Dia menyatakan, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi temuan ini

“Serta, memahami strategi kesehatan masyarakat terbaik untuk mengurangi keberadaan dan bahaya makanan ultra-olahan secara luas dalam makanan kita,”tutur Dr. Ezter.