Parameter Partisipasi
Sikap apatis kaum muda dalam politik sejatinya merugikan demokrasi. Dampak langsung dari minimya keterlibatan kaum muda dalam dunia politik menjadikan lemahnya kaderisasi bagi partai politik.
Jika fenomena ini dibiarkan begitu saja, maka akan terjadi lost generation. Gejala lost generation itu sudah terasa sekarang. Sangat minim kaum muda tampil di panggung politik. Kalau pun ada mereka tidak melalui proses kaderisasi, tetapi melalui jalur politik dinasti__yang juga masalah tersendiri dalam dunia politik Indonesia.
Dengan melalui jalur politik dinasti, kaum muda seperti kurang teruji karena mereka minim ideologi, tak memikirkan kepentingan rakyat (publik), dan tipisnya rasa kebangsaan. Kaum muda yang terlibat politik sekadar demi kepentingan pragmatisme.
Tujuan beraktivitas politik tak lebih hanya mengejar ambisi kekuasaan, prestise, dan pundi ekonomi (Sobirin,2022). Dari sini tidak mengherankan jika mereka akhirnya terjebak pada pusaran korupsi, dan akhirnya terjungkal di saat berkarir politik.
Guna mencegah terjadinya lost generation, maka penting kiranya para politisi senior kembali kepada hati nurani. Generasi muda itu tetap memerlukan sosok keteladanan, maka di sini segala fatsoen politik perlu mengedepankan sikap dan idealisme yang berakhlak.
Sikap kenegarawanan seperti anti korupsi, mengedepankan kepentingan rakyat (negara), dan hadir (empati) pada tiap kesulitan masyarakat harus ditumbuhkan terus. Tentu itu semua adalah sikap genuine, bukan sekadar pencitraan yang terbukti adalah sikap hipokrit.
Sebagai rekomendasi, nampaknya perlu semacam sekolah politik yang mengajarkan semangat dan nilai-nilai keadaban politik, di samping pengetahuan mendasar sebagai seorang politisi seperti pemahaman fungsi dan tanggungjawab seorang anggota parlemen.
Tugas Lain
Bagi kaum muda, tugas dan tanggungjawab mereka memang bukan hanya di bidang politik, masih banyak hal yang dapat mereka artikulasikan, di luar politik; seperti kegiatan sosial, bisnis, musik, film,hukum, militer, dan sebagainya menunggu mereka.
Kaum muda bukanlah pengekor, mereka punya peran sendiri dalam mengisi sejarah, yang jelas mereka adalah kaum yang mau tidak mau terlibat dalam urusan negara dan berpengaruh ke depan sebagai kader bangsa.
Sobirin Malian, Dosen FH UAD, Yogkayakarta