Gambaran plastisitas berbeda dengan elastisitas. Jika suatu benda awalnya berbentuk segi empat, lalu diberi suatu perlakuan intervensi, maka benda tersebut menjadi berbentuk segitiga.
Tetapi di akhir proses setelah intervensi itu dihilangkan maka benda itu kembali berbentuk segi empat seperti saat awal sebelum proses, maka hal tersebut dikenal sebagai elastisitias.
Namun, jika bentuk awal benda itu segiempat, lalu setelah sekian lama diberi perlakuan, intervensi atau rangsangan berubah bentuk menjadi segitiga, di mana pada akhir proses setelah intervensi itu dihilangkan dan benda tetap berbentuk segitiga, maka inilah yang disebut dengan plastisitas.
Silaturahim dan Perubahan tingkah laku
Keadaan otak yang positif akan membawa dampak perubahan tingkah laku yang juga positif. Makin banyak rangsangan positif dari hasil interaksi sosial dalam silaturahmi, maka plastisitas otak akan makin membentuk otak ke arah yang lebih baik.
Selain menimbulkan rangsangan positif terhadap otak, dalam rangkaian silaturahmi pun seperti situasi berjumpa dengan kawan/kerabat yang sudah lama tidak bertemu, bertegur sapa dan saling bertukar cerita, bahkan saling memaafkan, tentu akan menimbulkan rasa bahagia.
Dari hasil penelitian para peneliti dari University of California. Los Angeles, yang dipaparkan dalam jurnal Nature Communications, disebutkan, pada saat seesorang bahagia, maka pada otaknya akan ditemui zat kimia hypocretin yang bekerja hampir sama dengan hormon dopamin.
Zat kimia ini bertanggungjawab dalam memunculkan rasa senang dan bahagia. Kadar hypocretin akan meningkat bersamaan dengan meningkatnya emosi positif dalam interaksi sosial.
Silaturahim dan Imunitas meningkat
Semakin banyak emosi positif yang lahir dalam suasana silaturahmi, maka imunitas tubuh pun akan makin meningkat. Hal ini seperti dalam penelitian psiko-neuroimunologi (PNI), cabang ilmu yang mengekplorasi hubungan otak, tubuh dan sistem imun yang dipaparkan dalam jurnal of Medicine.
Disebutkan bahwa kondisi emosional yang meliputi rasa tidak bahagia seperti stres, takut, atau marah akan membuat tubuh memproduksi hormon kortisol, adrenalin dan epinefrin yang akan menghambat tubuh dalam menanggulangi infeksi atau virus yang masuk ke dalam tubuh, membuat tubuh menjadi lemah dan mudah sakit.
Untuk itu, jika masih ada kesempatan, perbanyaklah silaturahmi dan saling memaafkan untuk menciptakan suasana otak/pikiran yang relaks dan positif, hingga terbina persaudaraan yang kuat, saling dukung, saling berempati, memperkuat rasa cinta kasih demi terciptanya tubuh tubuh dan otak yang makin sehat. Jika rumah saudara jauh, tetangga dekat juga sama halnya dengan silaturahmi.