BARISAN.CO – Bagi kalian yang masih belum tahu tujuan hidup, cobalah untuk menonton “Soul”. Film animasi garapan Disney Pixar ini tak hanya menghibur tapi juga menjelaskan siapa diri kita sebenarnya.
Setidaknya itu yang saya tangkap usai menyaksikannya di platform streaming Disney + Hotstar pada Desember lalu. Pemeran utamanya, Joe Gardner (Jamie Foxx) merasa tidak puas dengan hidupnya, namun di saat ia diberi kesempatan menggapai impiannya, ia justru harus meninggalkan dunia.
Gardner belum sempat mati, ia kecelakaan di lubang got dan mengalami koma. Rohnya pergi ke dunia kematian dan berjalan menuju The Great Beyond, alam abadi setelah kematian.
Gardner menyadari itu, ia lalu melarikan diri. Bukannya kembali ke dunia, Gardner justru masuk ke dalam The Great Before, alam sebelum kehidupan. Di sini, setiap jiwa yang akan diturunkan ke bumi harus menemukan 7 spark terlebih dahulu. Spark itu akan menentukan kepribadian seseorang saat di dunia.
Gardner pun menemukan ide, ia menyamar sebagai konselor jiwa. Ia bertugas menjadi mentor untuk jiwa nomor 22 (Tina Fey), yang tidak mau dikirim ke bumi. 22 merasa tidak bisa menemukan spark-nya. Gardner melakukan berbagai cara untuk membantu 22, tapi tidak berhasil.
Hingga kemudian, Gardner dan 22 turun ke bumi, namun masuk ke dalam tubuh yang tidak seharusnya. Jiwa 22 masuk ke dalam tubuh Gardner. Malangnya, Gardner masuk ke dalam tubuh seekor kucing.
Di kota New York, keduanya menikmati hidup, meski dengan jiwa tertukar. 22 melewati hal – hal kecil yang membuatnya bahagia, seperti makan pizza dan menyusuri jalanan. Sementara Gardner, mulai menyadari jika kehidupannya selama ini sangat berharga, tapi ia lupa karena terlalu fokus dengan target hidupnya yang ingin menjadi musisi.
Pada akhirnya, mereka kembali lagi ke The Great Before. Gardner diberi kesempatan untuk hidup kembali dan 22 bersedia dikirim ke bumi. Saat pemberi jiwa bertanya pada Gardner, “Kamu ingin menjalani kehidupanmu seperti apa?” Gardner menjawabnya dengan, “Aku hanya ingin menjalani setiap menitnya.”
Film ini mengingatkan saya pada kajian Cak Nun tahun lalu. Saat itu, seorang bertanya, “Kenapa Tuhan memilih saya untuk hidup, untuk apa?” Dan Cak Nun menjawabnya dengan begini, “Bahkan tidak ada personalitas di dalam kehidupan manusia, aslinya. Anda jangan berpikir bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi Muhammad. Selama Anda masih menyangka Nabi Muhammad punya personalitas di mana ia anak Pak Abdullah dan Ibu Aminah, Anda salah.”
Sebelum alam semesta ini ada, Allah menciprat cahaya sehingga memunculkan kumparan-kumparan dan membelah menjadi planet-planet, galaksi-galaksi, dan benda-benda langit lainnya, termasuk matahari dan bulan. Muhammad sesungguhnya lahir sebelum alam semesta, bahkan sebelum Iblis dan Jibril.
Tak heran jika Iblis dan Jibril patuh kepada Muhammad. Jibril selalu hadir takkala Muhammad sedang membutuhkannya. Sedangkan, Iblis selalu berkata jujur kepada Muhammad. Itulah bukti, jika Muhammad adalah senior kedua makhluk tersebut dan sudah ada sebelum alam semesta ini diciptakan.
Jiwa yang kita sebut sebagai Muhammad mendapat tugas untuk turun ke bumi. Ia harus hadir secara fisik dari bapak dan ibu tertentu, karena ada keperluan untuk mendatangkan Al-Qur’an bagi seluruh umat manusia di bumi. Muhammad hanya diberi waktu hidup di dunia sangat singkat. Di usianya ke-63 tahun, tugasnya selesai dan harus menuju ke alam keabadian.
Begitu juga dengan Gardner, 22, dan kita adalah jiwa-jiwa yang sudah diciptakan sejak lama. Namun baru mendapatkan tugas hidup di bumi dalam kurun waktu tertentu dan dari rahim yang tidak bisa kita pilih.