Scroll untuk baca artikel
Kesehatan

Stigma Terhadap ODHA Dapat Mendorong Keinginan Bunuh Diri

Redaksi
×

Stigma Terhadap ODHA Dapat Mendorong Keinginan Bunuh Diri

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Infeksi human immunodeciency virus (HIV) dapat menyebabkan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). Bagi Orang dengan HIV AIDS (ODHA), mereka dapat mengalami penurunan dan kegagalan sistem kekebalan secara bertahap dan terus-menerus yang berdampak pada peningkatan risiko infeksi dan kanker yang mengancam jiwa.

Kebanyakan, HIV merupakan infeksi menular seksual. Akan tetapi, HIV juga bisa menular dari ibu ke anaknya selama masa kehamilan maupun persalinan, atau juga proses menyusui. Penularan non seksual bisa saja terjadi melalui berbagai peralatan suntik seperti jarum suntik.

Berdasarkan data UNAIDS, pada tahun 2020 diperkirakan 37,7 juta orang hidup dengan HIV di seluruh dunia. Ada 1,5 juta orang baru terinfeksi HIV dan perempuan serta anak perempuan menyumbang 50 persen dari infeksi baru tahun itu. Sedangkan 680.000 jiwa meninggal akibat penyakit terkait AIDS. Sementara, hanya 27,5 juta orang yang bisa mengakses terapi antiretroviral pada tahun 2020. Secara keseluruhan, terdapat 79,3 juta jiwa telah terinfeksi HIV sejak awal epidemi dan 36,3 juta jiwa meninggal karena AIDS.

Lebih dari sepertiga (35 persen) perempuan di seluruh dunia pernah mengalami kekerasan fisik dan/atau kekerasan seksual oleh pasangan intim atau kekerasan seksual oleh non pasangan suatu waktu dalam hidupnya. Di beberapa daerah, perempuan yang pernah mengalami kekerasan fisik atau seksual pada pasangan intim lebih memungkinkan 1,5 kali lebih besar untuk tertular HIV daripada yang tidak mengalami kekerasan tersebut. Di Afrika Sub-Sahara, perempuan dan anak perempuan menyumbang 63 persen dari semua infeksi HIV baru pada tahun 2020.

Dikutip dari ourworldindata.org, hampir satu juta jiwa meninggal akibat HIV/AIDS setiap tahunnya. Di beberapa negara, HIV/AIDS menjadi penyebab utama kematian dan merupakan salahsatu penyakit menular paling fatal di dunia khususnya di seluruh Afrika Sub-Sahara.

Menurut studi Global Burden of Disease hampir satu juta orang meninggal karena HIV/AIDS pada tahun 2017. Untuk negara-negara Afrika Sub-Sahara Selatan, kematian akibat HIV/AIDS 50 persen lebih tinggi dibandingkan kematian akibat penyakit jantung, dan dua kali lipat lebih tinggi dibanding kematian akibat kanker.

Meskipun kelompok usia 15 hingga 49 tahun berisiko lebih besar, namun tingkat kemarian lebih tinggi terjadi pada anak-anak dibawah usia lima tahun. Hal itu terjadi karena HIV dapat ditularkan dari ibu ke anak jika ibunya terinfeksi.

Pada artikel verywellmind.com, asisten profesor psikologi Universitas Nevada, Renato M. Liboro, PhD menyampaikan jika HIV/AIDS terus dikaitkan dengan lebih banyak penyakit penyerta seperti hepatitis dan infeksi menular seksual lainnnya, gangguan neurokognitif, penyakit kardiovaskular, dan berbagai masalah kesehatan mental yang menempatkan ODHA pada risiko bunuh diri yang lebih tinggi.

Selain itu, Liboro menyoroti ODHA secara historis juga menghadapi berbagai faktor sindrom yang ditemukan, seperti penggunaaan narkoba yang bermasalah, kompulsif seksual, kekerasan pasanga, tunawisma, serta depresi.

Liboro juga menambahkan jika kebanyakan ODHA merupakan minoritas seksual dan gender, ras dan etnis minoritas, pengguna narkoba suntikan, serta pekerja seks yang bebannya meningkat karena harus berurusan dengan stigma HIV/AIDS dimana-mana dan merusak sejak awal epidemi yang tetap menjadi pendorong bunuh diri secara konsisten.

Di Indonesia, berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, diperkirakan jumlah ODHA pada tahun 2020 sebanyak 543.075 yang tersebar di seluruh tanah air. Namun, tidak semua ODHA rutin menjalani tes VL HIV sesuai rekomendasi yang ada.