Scroll untuk baca artikel
Kesehatan

Stres Beresiko Empat Kali Terkena Asam Lambung, yang Diobati Stres atau GERDnya?

Redaksi
×

Stres Beresiko Empat Kali Terkena Asam Lambung, yang Diobati Stres atau GERDnya?

Sebarkan artikel ini

Saat otak mengalami tekanan atau stres, dia juga akan mengirim sinyal ke lambung untuk memproduksi asam yang tinggi

BARISAN.CO – Meski sering disebut menjadi biang permasalan, zat asam dalam lambung sejatinya memiliki fungsi yang sangat berarti bagi pencernaan di tubuh manusia. Artinya zat ini tidak bisa dipandang sebelah mata sebab karena efek sampingnya jika terjadi sesuatu hal akan berdampak sakit pada tubuh. Bahkan posisi asam lambung haruslah seimbang agar tatanan tubuh berjalan dengan semestinya.

Hal itu dikuatkan oleh dr. Ahmad Hamim Sadewa, Ph.D., dosen Biokimia FK-KMK UGM yang mengatakan setiap orang harus menjaga keseimbangan asam lambung dalam tubuh. Sebab, asam lambung diperlukan untuk memulai proses pencernaan.

“Tanpa asam lambung, pencernaan tidak bisa dimulai, berbagai jenis makanan dalam bentuk besar (akan diubah) menjadi kecil, namun asam lambung berlebihan akan menyebabkan kembali naik ke kerongkongan karena berlebihan,” katanya.

Selain terkait pola makan, pola hidup dan dinding lambung yang sudah mengalami kerusakan, Hamim menyebutkan bahwa penyebab sekresi asam lambung berlebihan juga disebabkan oleh stress.

“Maka perlu diketahui tingkat stres atau pola makan yang kurang baik atau kelainan struktur yang dilihat secara radiologi,” tegasnya.

Ya, tidak seperti orang kebanyakan pahami bahwa secara an sich asam lambung terjadi karena sebab fisik yakni melemahnya fungsi salah satu organ tubuh tetapi juga bisa disebabkan karena dari faktor psikis. Stres disebutkan juga bisa memicu munculnya gas asam lambung berlebih.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Alimentary Pharmacology and Therapeutics di tahun 2007, menjelaskan jika orang yang mengalami stres dan gangguan kecemasan, berisiko 2-4 kali terkena masalah lambung. Salah satunya semakin memicu produksi berlebih asam lambung.

Dokter Spesialis Gastroenterologi Fakultas Kedokteran UI RSCM Ari Fahrial Syam mengatakan, terdapat jalur yang saling berhubungan antara otak dengan lambung. Inilah mengapa saat otak mengalami tekanan atau stres, dia juga akan mengirim sinyal ke lambung untuk memproduksi asam yang tinggi.

“Orang cemas, pH lambungnya bisa naik. Cemas karena Covid-19 misalnya itu bisa membuat asam lambung meningkat. Makanya banyak yang kena Covid-19, GERD-nya juga muncul,” ungkapnya.

Stres atau GERD yang diprioritaskan?

Ari menjelaskan, saat seseorang terkena GERD dia tak serta merta melakukan pengobatan langsung. Sebaliknya, pasien akan dilihat apakah tengah mengalami tekanan atau stres yang berujung pada GERD.

Jika ada indikasi GERD yang dialami pasien tersebut karena stres atau tekanan yang dialami, Ari akan merujuknya ke psikiatri atau memberikan penenang sesuai dengan tingkat stres yang dialami.

“Kalau tergolong parah saya akan rujuk, tapi kalau masih tekanan biasa ya diberi obat penenang, ditenangkan juga. Disuruh tidur cukup,” katanya.

Untuk pengobatan, menurut Ari antara stres dan GERD harus dilakukan bersamaan. Jangan sampai ketika stresnya sembuh GERDnya justru belum terobati, ini malah bisa memicu stres lain yang akan memperburuk GERD yang dialami pasien.

“Jadi bareng ya, sama-sama. Pengobatan stresnya jalan, pengobatan GERDnya juga jalan. Karena gini, GERD bisa memicu stres, stres juga bisa memicu GERD. Begitu terus, seperti lingkaran setan,” jelasnya.