Misalnya cari cara untuk keluar dari masalah itu dan ambil hikmah dari setiap kejadian. Pernyataan yang sama juga dilontarkan oleh psikolog dari Behave Clinic, Chitra Ananda Mulia, M.Psi pada Mimbar Virtual Barisanco, Selasa (17 November 2020).
“Akui, bahwa saat ini kita sedang dalam keadaan tidak baik, karena berpura-pura untuk selalu baik-baik saja itu melelahkan,” ujar Chitra.
Saat berpura-pura, kita sibuk memerintahkan otak untuk berkata semua baik-baik saja. Akibatnya masalah tidak kelihatan dan tidak terselesaikan. Masalah yang tidak terselesaikan itu membuat perasaan kita terganggu, terusik, atau terancam.
Stres biasanya akan menimbulkan dua reaksi yaitu fight (bertahan untuk menghadapi) atau flight (kabur atau tidak menyelesaikan masalah).
Banyak orang yang kabur karena tidak mengakui masalahnya. Menerima dan berani memilih untuk hidup serta berkembang dengan kecemasan yang terkontrol membuat otak dan tubuh kita bisa membedakan antara alarm palsu dengan yang sebenarnya.
Dengan menyadari masalah memudahkan kita mengontrol apa yang bisa kita lakukan. Misalnya jika kita mengalami masalah kesehatan kita bisa kontrol dengan cara olahraga, memastikan asupan yang masuk ke tubuh kita baik dan gizinya seimbang, mengambil sumber vitamin D dari matahari juga makanan.
Setelah menyadari, cobalah bicarakan apa yang kita rasakan dengan orang terdekat. Berbincanglah dengan seseorang yang dipercaya. Jika tidak ada orang yang bisa dipercaya, kita bisa pergi ke profesional. Para profesional seperti psikolog memiliki kode etik yang bisa menjaga kerahasiaan kita.
Yang paling penting adalah temukan makna (self compassion) dan lebih memahami orang lain. Meski sedang dalam situasi yang tidak enak, kita harus tetap berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. “Apa sih yang bisa kita bantu untuk saat ini,” ujar Chitra.
Motivator asal Bali Gede Prama pernah mengatakan membantu orang lain bisa menyelamatkan kita. Seperti halnya Bunda Teresa yang bertahun-tahun merawat orang berpenyakit kusta, tapi ia sama sekali tidak terkena penyakit kusta. Cinta kasih seperti sayap jiwa yang membuat manusia tak bisa disentuh oleh virus manapun.
Kalau kita memiliki uang, kita bisa memberinya pada orang yang membutuhkan. Kalau hanya memiliki pengetahuan, kita bisa berbagi pengetahuan yang kita miliki. Kita juga bisa meluangkan waktu untuk mendengarkan orang lain. Dalam mendengar, kita belajar melihat sisi penderitaan orang lain, menumbuhkan sifat welas asih dan rasa syukur yang mendalam.
“Rasa syukur membangun sistem kekebalan psikologis yang memberi bantalan untuk kita ketika jatuh. Orang yang penuh syukur lebih kebal terhadap stres kecil dalam keseharian atau pun masalah pribadi besar,” kata psikolog Robert Emmons yang dikutip dari Kompas.com dengan judul artikel “Atasi Stres dengan Belajar Bersyukur”.