Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Terkini Ekonomi

Jalan Terjal Pemulihan Ekonomi 2021

:: Redaksi
24 November 2020
dalam Ekonomi
Jalan Terjal Pemulihan Ekonomi 2021

Antrean calon penumpang memasuki stasiun Sudirman saat jam pulang kantor di Jakarta, Senin (8/6/2020). Aktivitas perkantoran dimulai kembali pada pekan kedua penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi pandemi COVID-19. Ilustrasi: liputan6.com/Johan Tallo

Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

Barisan.co – Dampak Pandemi Covid-19 akhirnya membawa perekonomian Indonesia ke jurang resesi. Pertumbuhan ekonomi di triwulan II (-5,32 persen, yoy) dan triwulan III (-3,49 persen, yoy) secara berturut-turut berada di zona negatif.

Sedikit membaiknya pertumbuhan ekonomi di triwulan III dibanding triwulan II-2020 memberikan sinyal bahwa pemulihan ekonomi sedang berjalan. Namun, seiring pandemi yang belum mampu teratasi, sepertinya jalan pemulihan ekonomi 2021 bukanlah jalan yang halus-mulus sehingga perekonomian bisa melaju kencang tanpa hambatan.

Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mengadakan Proyeksi Ekonomi Indonesia (PEI) secara rutin setiap tahunnya.

Kali ini PEI INDEF 2021 mengambil tema “Jalan Terjal Pemulihan Ekonomi”, yang secara umum menggambarkan berbagai tantangan dan peluang ekonomi yang akan muncul di tahun depan yang digadang-gadang sebagai tahun pemulihan pasca Pandemi Covid-19.

BACAJUGA

Anies Disiplinkan Pakai Masker, Pakar Kesehatan: Percuma Pakai Masker Jika Gak Bener

Kembali Diminta Perketat Prokes Gegara Covid-19 Varian Arcturus, Begini Gejalanya

21 April 2023
Arcturus

Masyarakat Percaya Diri Mudik di Tengah Varian Arcturus, ‘Sudah Belajar Banyak’

18 April 2023

Harapannya, PEI ini dapat menjadi salah satu pegangan dan referensi bagi para pelaku bisnis, pemangku kebijakan, dan para akademisi sebagai sejumput modal mengarungi badai ketidakpastian yang masih menghadang di tahun 2021 mendatang.

INDEF memproyeksi sejumlah indikator makroekonomi, kebijakan fiskal dan program pemulihan ekonomi pada 2021 sebagai berikut:

1. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 3 persen. Hal ini dilatar belakangi beberapa hal sebagai berikut:

  • Efektivitas penyerapan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang pada tahun ini masih belum maksimal.
  • Program perlindungan sosial belum dapat menggerakan permintaan domestik. Apalagi jumlah bantuan perlinsos berkurang separuh di tahun depan.
  • Belanja kelas menengah masih belum meningkat ketika Pandemi Covid-19 belum mereda.
  • Laju kredit perbankan sebagai sumber utama likuiditas perekonomian masih akan tertekan, sehingga pemulihan ekonomi secara keseluruhan juga akan berjalan pelan.
  • Upaya melakukan ekspansi moneter melalui penurunan bunga acuan juga mengalami keterbatasan seiring menjaga stabilitas kurs juga bagian penting dalam pemulihan ekonomi.
  • Ketersediaan vaksin masih terbatas. Sungguh pun vaksin sudah tersedia hingga 70 persen dari populasi, tentunya proses distribusi dan vaksinasi akan memerlukan waktu dan selama proses tersebut pembatasan aktivitas dan protokol kesehatan masih akan berlanjut.

2. Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat sebesar Rp 14.800. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut:

  • Tingkat Credit Default Swap (CDS) masih bergerak tinggi dan cenderung fluktuatif dibandingkan dengan pasar negara ASEAN lainnya. Ketika tingkat CDS tinggi, besarnya dana yang dikeluarkan investor untuk melindungi portofolio pun masih tinggi. Investor akan berhati-hati untuk masuk ke pasar Indonesia.
  • Optimisme ekonomi Amerika Serikat pasca Pemilu justru bisa menjadi berita buruk untuk pasar uang Indonesia yang dinamikanya sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal atau asing. Dollar AS akan menguat seiring membaiknya perekonomian AS, sementara Rupiah lebih berpeluang tertekan.
  • Pasar uang di Indonesia yang masih dangkal membuat investor lebih tertarik untuk perdagangan jangka pendek dan bukan untuk investasi jangka panjang, akibatnya Rupiah cenderung fluktuatif di banding beberapa mata uang negara lain. Hal ini juga diperlihatkan dengan rata-rata transaksi valas harian yang masih lebih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.

3. Tingkat inflasi sebesar 2,5 persen. Hal ini dikarenakan di tahun 2021:

  • Daya beli masyarakat yang masih tertahan dan aktivitas ekonomi yang belum pulih seperti sedia kala membuat tingkat inflasi masih terpatok rendah.
  • Sisi suplai kebutuhan bahan kebutuhan pokok perlu tetap tersedia dengan baik serta distribusi yang lancar.
  • Hanya sedikit daerah yang diperkirakan mengalami kesulitan mendapatkan bahan pokok secara tepat waktu.

4. Tingkat Pengangguran Terbuka sebesar 7,8 persen (10,4 juta jiwa). Di tahun 2021, terdapat beberapa hal penting yakni:

  • Terdapat pengangguran tambahan sebesar 1,1 juta orang sebagai akibat Covid-19 serta sekitar 2,5 juta orang angkatan kerja baru yang tidak terserap sehingga tambahan pengangguran totalnya tahun 2021 sebesar 3,6 juta orang.
  • Masih belum pulihnya industri domestik sehingga penyerapan tenaga kerja baru masih sangat terbatas.
  • Industri akan cenderung mempekerjakan tenaga kerja yang sebelumnya dirumahkan atau dikurangi jam kerjanya.
  • Flexible working arrangement seperti bekerja dari rumah dan digitalisasi yang terjadi ketika masa pandemi akan membuat kebutuhan akan pekerja khususnya di sektor jasa berkurang.
  • Peraturan Pemerintah mengenai Ketenagakerjaan terbaru sebagai peraturan teknis Undang-Undang 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja akan diterbit pada tahun depan memberikan indikasi akan terjadinya gelombang PHK.

5. Tingkat kemiskinan 10,5 persen. Hal ini disebabkan beberapa faktor yang meliputi yakni:

  • Program perlindungan sosial pada PEN tidak menurunkan angka kemiskinan, namun cenderung hanya menjaga belanja penduduk miskin tersebut agar tidak jatuh ke kondisi yang lebih buruk.
  • Tingkat pengangguran yang meningkat akan mendorong tambahan penduduk miskin baru, khususnya berasal dari kelompok diatas garis kemiskinan.

6. APBN Tahun 2021 “butuh penyembuhan”. Hal ini disebabkan beberapa faktor;

  • Pendapatan negara pada tahun 2021 yang sebesar Rp1.473,6 triliun atau turun sebesar -21,9 persen dibandingkan sebelum pandemi (normal) sehingga tahun 2021 belum pulih sepenuhnya meski terdapat perbaikan dibandingkan Perpres 72 Tahun 2020.
  • Belanja negara pada tahun 2021 yang sebesar Rp2.750 triliun naik sebesar 8,3 persen dibandingkan sebelum pandemi (normal) namun terdapat kenaikan sebesar 0,39 persen dibandingan Perpres 72 Tahun 2020. Namun sayangnya, belanja transfer daerah ditinggalkan dalam fase pemulihan ekonomi dimana dibandingkan sebelum pandemi -7,2 persen (APBN 2020).
  • Struktur prioritas APBN Tahun 2021 juga terdapat skema anggaran yang tidak mengedepan skenario pemulihan ekonomi tahun 2021. Skema pemulihan sepatutnya tetap membutuhkan anggaran fungsi ekonomi, infrastruktur dan sosial yang lebih tinggi.
  • Defisit anggaran yang ditetapkan tahun 2021 sebesar 5,7 persen PDB namun kenaikannya sangat tinggi yakni 227,6 persen dibandingkan sebelum pandemi meskipun lebih rendah dibandingkan Pepres 72 Tahun 2020 yang sebesar -3,61 persen.

7. Program PEN 2021 perlu diperbaiki dan dievaluasi. Hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya sebagai berikut.

  • Diperkirakan penyerapan program PEN hingga akhir tahun 2020 diperkirakan hanya sebesar 67,8 persen. Tidak optimalnya penyerapan, khususnya program non-Bansos dan UMKM, mendorong tidak sinerginya program PEN
  • Program PEN Tahun 2020 untuk bantuan sosial tidak maksimal mendorong konsumsi. Hal ini terlihat pada Triwulan III-2020, konsumsi makanan masih -0,69 persen. Hal ini sebabkan desain yang kurang tepat, besaran bantuan yang relatif kecil serta kebutuhan konsumsi yang semakin meningkat di saat pandemi.
  • Struktur anggaran Program PEN Tahun 2021 berkurang hampir separuhnya padahal unuk bantuan sosial dan UMKM tetap dibutuhkan dengan jumlah yang sama tahun 2021 untuk menciptakan permintaan bagi perekonomian. (Dmr)

Topik: Covid-19Ekonomi Indonesia 2021IndefPemulihan Ekonomi Nasional
Redaksi

Redaksi

Media Opini Indonesia

POS LAINNYA

Upaya Optimalisasi Penyaluran Kredit UMKM, Perbankan Mendominasi Pendanaan PNM
Ekonomi

Upaya Optimalisasi Penyaluran Kredit UMKM, Perbankan Mendominasi Pendanaan PNM

29 Mei 2023
Pengamat Transportasi Sebut Subsidi Kendaraan Listrik Untungkan Produsen
Ekonomi

Pengamat Transportasi Sebut Subsidi Kendaraan Listrik Untungkan Produsen

29 Mei 2023
Jatim Raih Juara Umum dalam Anugerah Adinata Syariah 2023
Ekonomi

Jatim Raih Juara Umum dalam Anugerah Adinata Syariah 2023

28 Mei 2023
5 Hal Penting Strategi Bisnis dalam The Art of War
Ekonomi

5 Hal Penting Strategi Bisnis dalam The Art of War

27 Mei 2023
Garis Kemiskinan Bukan Makanan Perdesaan
Indikator Ekonomi

Garis Kemiskinan Bukan Makanan Perdesaan

25 Mei 2023
Bus Listrik Transjakarta
Ekonomi

Transjakarta Bisa Untung Rp4,2 Triliun Kalau Seluruh Armadanya Pakai Listrik

24 Mei 2023
Lainnya
Selanjutnya
Kurikulum Charlotte Mason

3 Kategori Mata Pelajaran di Kurikulum Charlotte Mason

Sowan

Sowan

Diskusi tentang post ini

TRANSLATE

TERBARU

Bahlil Lahadalia Menjadi Pengusaha
Terkini

Bahlil Lahadalia Ajak Lulusan Universitas Paramadina Menjadi Pengusaha

:: Redaksi Barisan.co
1 Juni 2023

Orasi ilmiah "Kebijakan Investasi untuk Mencapai Indonesia yang Sejahtera"

Selengkapnya
kandungan gizi tempe

Kandungan Gizi Tempe, Berikut Cara Menggoreng yang Baik dan Renyah

1 Juni 2023
korupsi dan ideologi

Korupsi dan Rontoknya Ideologi

1 Juni 2023
Kalender Jawa Juni 2023 Lengkap, Weton dan Penanggalan Hijriah

Kalender Jawa Juni 2023 Lengkap, Weton dan Penanggalan Hijriah

1 Juni 2023
Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2023

Poster Perhatikan Kebutuhan Pokok Bukan Terus Merokok, Mahasiswa Peringati Hari Tanpa Tembakau Sedunia

1 Juni 2023
ChatGPT Menyesatkan, Pengacara ini Bakal Kena Sanksi Pengadilan

ChatGPT Menyesatkan, Pengacara ini Bakal Kena Sanksi Pengadilan

1 Juni 2023
Dampak Buruk Polusi Cahaya bagi Kesehatan

Dampak Buruk Polusi Cahaya bagi Kesehatan

1 Juni 2023
Lainnya

SOROTAN

korupsi dan ideologi
Opini

Korupsi dan Rontoknya Ideologi

:: Redaksi Barisan.co
1 Juni 2023

Korupsi dan ideologi

Selengkapnya
Pohon Hayat dan Pohon Ditebang

Pohon Hayat dan Pohon Ditebang

31 Mei 2023
Mengawasi Black Campaign

Penguatan Peran Bawaslu dalam Mengawasi Black Campaign di Sosial Media pada Pilpres 2024

31 Mei 2023
Denny Indrayana, Profesor Asli Bukan Kompresor Apalagi Provokator

Denny Indrayana, Profesor Asli Bukan Kompresor Apalagi Provokator

30 Mei 2023
Pemilu Turki: Kemenangan Petahana, Kekalahan Lembaga Survei

Pemilu Turki: Kemenangan Petahana, Kekalahan Lembaga Survei

29 Mei 2023
Era Disrupsi, Pejabat dan Pengamat

Era Disrupsi, Pejabat dan Pengamat

29 Mei 2023
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Risalah
  • Sastra
  • Khazanah
  • Sorotan Redaksi
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang