Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Opini

Strukturalisme yang Bertabrakan dengan Kontekstualisme

:: Eko Tunas
21 Januari 2023
dalam Opini
cak nun Strukturalisme

Budaywan Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun/Foto: CakNun.com

Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

CAK NUN (CN) Emha Ainun Nadjib pernah memesan lukisan kepada saya. Pesan WA dalam bahasa Jawa itu kira-kira berbunyi: Eko, buatkan lukisan tentang saya, dengan tema gambar saya (CN) disalib bagai Yesus. Salibnya NKRI, dan di luar penyaliban itu para nitizen melempari saya dengan batu.

Pesan itu sudah lima bulan lalu, dan sejauh ini saya belum menggarap tema lukisan itu. Meski saya cukup berpikir keras, sebab di mata saya CN tidak seperti tema yang digambarkannya itu.

Bagi saya tema CN itu, mungkin, seperti yang dialami banyak orang. Tepatnya, yang diasumsikan sebagian orang dalam dunia media sosial. Taruhlah, misalnya paling monumental, dialami Ahok Basuki Tjahaya Purnama, yang harus menebus nasib di dalam penjara lantaran rekayasa dalam jagad media on line.

YouTube CN memang kerap dipotong demi kepentingan personae atau pihak tertentu demi kepentingan sepihak, yang itu memang merugikan eksistensi CN. Tapi sejauh ini pribadi CN di mata saya baik-baik saja dan tak kurang suatu apa. Dia bersama Kiai Kanjeng — mereka disebut CNKK — terus melakukan pemanggungan budaya dalam konteks Ngaji Bareng — satu penamaan yang mengisyaratkan kerendah-hatian dari konsep CNKK.

BACAJUGA

Membela Fir'aun

Membela Fir’aun

31 Januari 2023
membaca firaun

Salah Tempat Mendudukkan Sejajar Firaun

29 Januari 2023

Ya, kerendah-hatian dengan nilai kebersamaan dalam lingkaran pengajian budaya. Dalam konteks ini, saya pikir, ada institusi budaya yang diugemi. Sekali pun ditaburi kritik — dengan matra ke-Islaman dan skala ke-Indonesia-an — institusi dan nilai budaya tetap diemban. Ialah, bagaimana wacana kritik bukan pada who’s who-nya, apa dan siapanya, tapi lebih mengutamakan mengapa dan bagaimananya.

Dalam content ini saya kira-kira tahu persis, CN-lah ahlinya. Dia menguasai dasar pemikiran strukturalisme — ingat buku sastra pertamanya, “Strukturalisme dalam Sastra Indonesia”. Satu cara pandang, bagaimana membaca simbol dan menerjemahkan dalam ranah kontekstual. Karya-karya sastra CN (esai, puisi, cerpen, naskah drama) terbukti ada dalam dasar pemikiran strukturalisme — bahkan post strukturalisme secara kontemporer.

Misalnya, dalam lakon sandiwara “Perahu Retak”, melalui tokoh Syeh Jangkung CN berdialog dengan dirinya sendiri akan kegelisahan eksistensinya: aku terus bertanya, apakah aku ini orang Jawa atau orang Islam. Kemampuan berkomunikasi dengan diri sendiri inilah, dasar dia mampu berkomunikasi dengan orang di luar dirinya. Bahkan, berkomunikasi secara apik dan segar di hadapan ribuan bahkan jutaan publik|jamaah CNKK.

Tak pelak, CNKK dengan personae utama CN mengundang pesona masyarakat bahkan lintas agama dan lini status sosial. Dari masyarakat umum, tingkat sosial terbawah, menengah, hingga kalangan atas sampai tembus ke Istana kala era Orba. Hingga CN menjadi salah satu ‘wali songo’ dalam prosesi pelengseran Presiden Soeharto. Di balik ‘kewalian’ itu, CN ‘diisyukan’ dekat dengan kalangan Cendana Soeharto.

Satu antitesa, sebab kiprah sosial CN dan kelompoknya, justru berawal dari usaha menangani kasus Kedungombo yang ini justru menjadi perlawanan terhadap rezim orba. Lanjut banyak persoalan sosial masyarakat yang ia tangani. Perhatiannya yang besar terhadap persoalan lingkungan inilah, saya kira, yang membuat nama CN masuk dalam katagori ‘guru bangsa’. Dia menjadi jujugan banyak pihak dan strata, dalam usaha pemecahan persoalan urgen-krusial di tengah masyarakat.

Di awal reformasi, saya pernah dialog berdua bersama CN. Ingat, itu hari-hari bangsa dan negara ini dalam kondisi di puncak kegentingan. Serius saya bercetus, sampean sudah teruji dalam menangani banyak persoalan bangsa, mungkin tidak sampean maju menangani kegentingan ini, praktisnya ambil peran memimpin, kalau perlu dan bisa menjadi presiden. CN tampak serius pula menanggapi cetusan saya, hingga dia berpesan: coba bicarakan ini bersama KK.

Di awal reformasi itu pula, saya menyaksikan CN bertemu Prabowo (masih Jendral), di pengajian Padang Bulan. Saya tidak tahu apa yang berlangsung saat mereka serius bicara berdua. Tapi apa daya, saat cetusan saya saya bicarakan bersama KK, oleh mereka saya dianggap ‘lips content’, hanya omong kosong. Cetusan saya pun menguap, bersama dini hari itu saya ikut menyalami Jendral Prabowo.

CN terus dalam kiprahnya sebagai jujugan, termasuk saya ikut menyaksikan rombongan masyarakat korban lumpur Lapindo menjujug di rumah CN di Kadipiro. Sesudah itu bersusulan tokoh-tokoh budaya hingga politikus menjujuginya. Catat saja dari Wapres Makruf Amin, Luhut Panggabean, dan banyak tokoh lagi. Belakangan, CNKK diundang di markas PDIP plus Puan Maharani, lalu Anies Baswedan, kemudian Prabowo.

CNKK setelah vakum di era pandemi, berkiprah lagi dari kota ke kota, termasuk di lingkaran Maiyah di berbagai kota. Tentu dengan riang gembira bagai buka puasa selama tiga tahun absen. Saya terus mengikuti, bagaimana kepiawaian CN yang dengan apik dan segar membaca simbol-simbol dan menerjemahkan secara kontekstual. Satu kemampuan yang langka dimiliki banyak orang, dan sebagai salah seorang sahabatnya saya terus belajar ilmu strukturalisme itu.

Hingga saya terhenyak, kala CN membaca simbol Fir’aun dan menerjemahkan secara kontekstual, tapi dia menyebut who’who. CN seperti alpa pada marwahnya sebagai budayawan, yang mestinya lebih bicara dari sudut pandang mengapa dan bagaimananya. Kealpaan inilah yang bagi saya titik atau content, bahwa CN pun membaca apa yang sudah dicetuskannya secara simbolik sebagai: kesambet.

Lebih dari itu keterhenyakan saya atas ingatan pada pesan CN untuk saya membuat lukisan tentang dirinya, betapa CN seperti sudah meramalkan apa yang bakal terjadi atas dirinya: Ek, lukisino aku dadi Yesus disalib, salibe NKRI, tur nitizen mbalangi aku nganggo watu…***

Editor: Lukni
Topik: Cak NunKesambetKiai Kanjeng
Eko Tunas

Eko Tunas

Eko Tunas, budayawan, tinggal di Semarang.

POS LAINNYA

Pakar Hukum: Ditolaknya UAS, Privilege Singapura
Opini

Berkongsi Kita Pecah

1 Februari 2023
Taruhan Alphard, sampai Kapan?
Opini

Taruhan Alphard, sampai Kapan?

1 Februari 2023
Pemilu Serentak Tahun 2024
Opini

Menyongsong Pemilu Serentak Tahun 2024 yang Berkualitas dan Berintegritas

1 Februari 2023
Menanti Keberanian KIB Usung Airlangga-Erick Thohir
Opini

Menanti Keberanian KIB Usung Airlangga-Erick Thohir

31 Januari 2023
Sodetan Ciliwung dan Cara Anies Bekerja dalam Sepi
Opini

Sodetan Ciliwung dan Cara Anies Bekerja dalam Sepi

30 Januari 2023
Sodetan Kali Ciliwung, Antara Kepatuhan Hukum dan Keberpihakan Pada Rakyat
Opini

Sodetan Kali Ciliwung, Antara Kepatuhan Hukum dan Keberpihakan Pada Rakyat

28 Januari 2023
Lainnya
Selanjutnya
Ketimpangan Ekonomi Indonesia Belum Membaik

Ketimpangan Ekonomi Indonesia Belum Membaik

Sekolah Caleg Muda

Sekolah Caleg Muda, Program Gerakan TurunTangan Besutan Anies Baswedan

TRANSLATE

TERBARU

Spotify Rugi

Spotify Catatkan Kerugian Walaupun Jumlah Subscriber Naik Drastis

1 Februari 2023
Gejolak Kekerasan Meningkat, Israel Semakin Mesra dengan Amerika

Gejolak Kekerasan Meningkat, Israel Semakin Mesra dengan Amerika

1 Februari 2023
Gaji Kepala IKN

Gaji Kepala Otorita IKN Nilainya Fantastis, Simak Rinciannya

1 Februari 2023
Pakar Hukum: Ditolaknya UAS, Privilege Singapura

Berkongsi Kita Pecah

1 Februari 2023
Tahlil dan Doa Satu Abad NU

Tahlil dan Doa Satu Abad NU, Gus Yusuf: PKB adalah Anak Kandung NU

1 Februari 2023
Taruhan Alphard, sampai Kapan?

Taruhan Alphard, sampai Kapan?

1 Februari 2023
Inflasi Januari 2023

BPS: Inflasi Januari 2023 Sebesar 0,34%, Ini Penyebabnya

1 Februari 2023

SOROTAN

Pakar Hukum: Ditolaknya UAS, Privilege Singapura
Opini

Berkongsi Kita Pecah

:: Redaksi
1 Februari 2023

Oleh: Andi W. Syahputra, Ketua Umum Bara Nasionalis Indonesia (BARNIS) ISYARAT pecah kongsi itu mulai tampak dan bisa ditakwilkan lewat...

Selengkapnya
Taruhan Alphard, sampai Kapan?

Taruhan Alphard, sampai Kapan?

1 Februari 2023
Pemilu Serentak Tahun 2024

Menyongsong Pemilu Serentak Tahun 2024 yang Berkualitas dan Berintegritas

1 Februari 2023
Menanti Keberanian KIB Usung Airlangga-Erick Thohir

Menanti Keberanian KIB Usung Airlangga-Erick Thohir

31 Januari 2023
Sodetan Ciliwung dan Cara Anies Bekerja dalam Sepi

Sodetan Ciliwung dan Cara Anies Bekerja dalam Sepi

30 Januari 2023
Menunggu Pengesahan RUU EBET, Adakah Skema Power Wheeling?

Menunggu Pengesahan RUU EBET, Adakah Skema Power Wheeling?

29 Januari 2023
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Risalah
  • Sastra
  • Khazanah
  • Sorotan Redaksi
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang