Mereka mengekspos tanaman selada ke nanoplastik selama dua minggu melalui tanah yang terkontaminasi. Penulis penelitian kemudian memanen dan memberi makan selada ke larva lalat tentara hitam. Setelah lima hari makan selada, para peneliti memberi makan serangga ini ke ikan selama lima hari lagi.
Menggunakan mikroskop, tim mempelajari anatomi tanaman, larva, dan ikan yang dibedah. Pencitraan menunjukkan, akar tanaman mengambil nanoplastik dari tanah dan menyimpannya di daunnya. Nanoplastik kemudian berpindah dari selada ke serangga.
Gambar dari sistem pencernaan serangga menjelaskan, kedua jenis nanoplastik tetap berada di mulut dan usus mereka bahkan setelah mengosongkan usus selama 24 jam.
Nanoplastik kemudian berpindah dari serangga ke ikan, dengan partikel yang mencemari insang, hati, dan jaringan usus. Namun, penulis penelitian tidak menemukan partikel plastik di otak.
“Hasil kami menemukan, selada dapat mengambil nanoplastik dari tanah dan mentransfernya ke dalam rantai makanan. Hal ini menunjukkan, keberadaan partikel plastik kecil di tanah dapat dikaitkan dengan potensi risiko kesehatan bagi herbivora dan manusia jika temuan ini dapat digeneralisasikan untuk tanaman lain dan pengaturan lapangan,” jelas Dr. Fazel Monikh, peneliti University of Eastern Finland dan penulis utama studi tersebut.
Namun, dia menambahkan, penelitian lebih lanjut tentang topik ini masih sangat dibutuhkan.
Dengan hampir 400 juta ton plastik diproduksi setiap tahun dan terus bertambah, masalah nanoplastik ini tidak akan hilang. Lebih banyak potongan kecil akan dibuat karena semua plastik ini rusak dan saat ini belum ada memiliki cara untuk membersihkannya. [dmr]