Scroll untuk baca artikel
Gaya Hidup

Suka Makan Mi, Begini Beda Penyajian di Cina dan Indonesia

Anatasia Wahyudi
×

Suka Makan Mi, Begini Beda Penyajian di Cina dan Indonesia

Sebarkan artikel ini
mi indonesia dan cina
mi indonesia dan cina

Soal jumlah konsumsi mi terbanyak di dunia, Indonesia mengonsumsi 14.260 juta porsi per 12 Mei 2023, tapi masih kalah dari Cina.

BARISAN.CO – Ada 1001 alasan orang suka makan mi. Di negara asalnya, Cina, mi merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari dalam budaya.

Mi juga menyimpan banyak simbolisme ketika disantap pada acara-acara penting. Di sana, mi sering disantap saat awal Tahun Baru Imlek dan pada hari ulang tahun karena melambangkan umur panjang dan kesehatan yang baik untuk tahun depan.

Bahkan, ada takhayul yang berkembang, makan mi tidak boleh dipotong atau digigit, melainkan harus dihirup. Sebab, memotong mi akan mempersingkat hidup manusia.

Berdasarkan survei Statista pada Agustus 2022, sekitar 65 persen responden asal Cina mengatakan, mereka makan mi instan satu hingga tiga kali seminggu.

Sebagai perbandingan, sekitar 17 persen responden menyatakan mengonsumsi mi instan kurang dari sekali dalam seminggu. Bahkan, di tahun 2020, nilai penjualan eceran mi instan di Cina meningkat tajam sebesar US$15,12 dari US$12,4 miliar pada tahun 2016.

Maka, tidak mengherankan jika Negara Tirai Bambu ini menjadi negara paling doyan makan mi instan nomor satu di dunia, menurut World Instant Noodles Association (WINA) per 12 Mei 2023. WINA mengungkapkan, sekitar 83 persen dari 121,200 juta porsi mi di dunia dikonsumsi orang Asia.

Sementara, Cina mengonsumsi sekitar 37 persen atau 45.070 juta porsi mi secara keseluruhan. Sedangkan, Indonesia berada di urutan kedua, dengan jumlah konsumsi sebanyak 14.260 juta porsi mi.

Ada banyak cerita tentang asal muasal mi. Sampai batas tertentu, mi juga mencerminkan tradisi budaya dan adat istiadat Cina, yang pada dasarnya berarti “sifat manusia” dan “akal sehat duniawi”.

Ada ribuan jenis mi di Cina, menurut klasifikasi bentuk mi, bumbu kuahnya, kerajinan memasaknya, dan lain sebagainya.

Banyak mi yang memiliki ciri khas lokal. Mi tidak hanya diterima oleh orang-orang Asia, namun juga seluruh dunia.

Revolusi industri dan perkembangan industri makanan mewujudkan peralihan dari industri kerajinan tradisional menjadi produksi massal dengan menggunakan mesin. Selain itu, penemuan mi instan dan produksi massalnya juga banyak mengubah industri.

Intinya, mi adalah sejenis makanan sereal, yang merupakan bagian utama dari makanan tradisional Cina. Ini adalah sumber energi utama bagi masyarakat Cina dan makanan energi paling ekonomis.

Berpegang pada prinsip “menjadikan makanan sereal sebagai makanan utama”, adalah untuk menjaga tradisi pola makan yang baik di Cina, yang dapat menghindari kerugian dari pola makan tinggi energi, tinggi lemak, dan rendah karbohidrat, serta meningkatkan kesehatan.

Pentingnya status mi dalam struktur pola makan penduduk di negara kita dan dampaknya terhadap kesehatan tidak boleh diabaikan.

Namun, meski sama-sama doyan, Cina dan Indonesia memiliki perbedaan dalam menyajikan mi. Citarasa mi asli Cina terbuat dari kuah berbahan dasar daging sapi dan bubuk lima bumbu Cina yakni adas, kayu manis, cengkeh, kulit jeruk unshiu dan adas bintang.

Selain mi tepung, ada juga bihun. Orang Cina lebih menyukai mi cup berukuran besar yang disebut dengan “mi bak”.

Sedangkan, di Indonesia, masyarakat paling menggemari mi goreng dengan tambahan sayur, ayam, udang dan bumbu cabai.

Tak jarang, orang Indonesia menambahkan nasi agar lebih kenyang. Selain itu, sebagai negara yang mayoritas beragama Islam, sebagian besar produk mi di Indonesia halal. [dmr]