Scroll untuk baca artikel
Blog

Sukarno dan Puan Maharani: Refleksi atas Kekuasaan Oligarki di Indonesia

Redaksi
×

Sukarno dan Puan Maharani: Refleksi atas Kekuasaan Oligarki di Indonesia

Sebarkan artikel ini

Ketika semua parpol sibuk memikirkan pencalonan Presiden, Puan Maharani melakukan pengajian akbar di Masjid At Taufik, Masjid dari nama bapaknya, bersama ulama besar Emha Ainun Nadjib. Emha adalah ulama oposisi yang keras mengkritik Jokowi dan Oligarki.

Bahkan, Emha mendukung Sultan Hamengku Buwono Jogyakarta, yang sampai saat ini tidak memberikan sejengkal tanah pun kepada non pribumi, di daerah kekuasaannya.

Lalu, Puan melakukan perjalanan Spiritual ke Mekkah, beberapa hari lalu. Ini adalah sebuah peristiwa simbolik, orang Jawa, yang menjadi Islami. Kemarin, Puan ber-selfie ria dengan Anies Baswedan, yang selama ini menjadi simbolis kekuatan Islam progresif, yang dimusuhi secara diametral oleh kelompok anti Islam.

Puan tidak pusing dengan sikap para elite-elite politik yang sibuk kasak kusuk soal jabatan. Kenapa, karena Puan telah memilik sebuah partai, dengan kekuatan sendiri untuk mencalonkan calon presiden ke depan, tanpa perlu berkoalisi. Kedua, sebagai cucu pendiri Bangsa Indonesia, Puan tentu saja lebih memilih pergerakan substansial daripada eksistensial. Ini khas orang yang terlahir dari sejarah besar keluarganya.

Kembali pertanyaan kita tentang renungan, tentang refleksi, tentu saja rakyat berharap bahwa Puan mewarisi spirit atau ruh perjuangan kakeknya itu. Kenapa? Karena semua tema yang menghiasi ketakutan bangsa kita adalah dominasi Oligarki. Rakyat stress miskin di negeri kaya. Beli minyak goreng mahalnya tidak kepalang, padahal kita produsen terbesar minyak goreng di dunia.

Orang-orang kaya bisa menguasa Indonesia dalam hitungan dasawarsa. Dan ini tidak mungkin terjadi jika Sukarno hidup. Misalnya, jika UU Pokok Agraria, yang dilahirkan Sukarno, diberlakukan, maka tidak ada segelintir orang menguasai tanah jutaan hektar, ketika petani memiliki tanah rerata di bawah setengah hektar.

Tidak ada buruh yang terus menerus miskin, sementara 4 orang terkaya, kekayaannya sama dengan 100 juta penduduk miskin kita.

Perjuangan yang diperlukan saat ini oleh seorang pemimpin bangsa adalah mengembalikan jejak perjuangan Sukarno, khususnya Sukarno muda yang (berusaha) menyatukan Islamisme dalam Sosialisme serta mengusir Oligarki dari negara ini.

Mampukah Puan Maharani mengikuti jejak kakeknya?? Berhakkah Puan mewakili ideologi Sukarno? Semoga.

Selamat Ulang Tahun Bung Karno. May Allah Bless You Sir, Always!!

Sabang Merauke Circle, Cirebon, 6/6/2022)