Lintang sengaja menjumput surat yang paling bawah dari tumpukan surat Hanafi. Lintang sudah lupa kapan surat itu diterimanya. Perlahan jemari Lintang mulai membuka surat Hanafi yang hampir setebal paper kuliah itu.
Lintang sahabatku yang baik,….Begitulah Hanafi selalu mengawali surat-suratnya.
Kita tentu tak sedang bermimpi untuk menghindari modernisasi. Tulis Hanafi membuka suratnya. Modernisasi memang adalah keharusan dari perjalanan peradaban manusia di muka bumi saat ini. Tapi bukan berarti manusia disingkirkan oleh mesin-mesin dan aturan yang telah dibuatnya sendiri. Manusia tidak boleh teraleniasi dari habitat dan masyarakatnya sendiri. Karena jika itu terjadi artinya hak hidup manusia sudah tterampas.
Lintang,… Kamu percaya tidak? Demokrasi saat ini bukan berjalan ke arah humanisme universal tetapi justru lebih menuju ke arah menguatnya para tirani. Lihat saja para penguasa itu dengan gagahnya telah memproduksi aneka kebijakan publikuntuk melanggengkan kekuasaannya. Masak rakyat tidak boleh memilih calon presiden yang ia inginkan? Aneh bukan?
Tampaknya tak lagi berlaku logika bahwa sekerat roti lebih tajam ketimbang peluru. Saat ini tak mungkin mengharapkan orang miskin untuk berkembang menjadi kekuatan revolusioner.
Ceritaku yang satu ini mungkin akan membuatmu geleng-geleng kepala saja. Para lord land, politisi dan polisi itu bersama koleganya yang lain selalu menggelar pesta-pesta. Aneka hidangan terhidang tumpah ruah di atas meja makan.
Apabila merasa kekenyangan namun masih ingin menyantap makanan yang masih terus saja dihidangkan di atas meja makan, maka pergilah para lord land itu ke kamar mandi. Di sana ia akan memasukkan telunjuknya ke dalam mulutnya sendiri hingga hampir menyentuh tenggorokan. Akibatnya tentu saja secara spontan perut akan terasa mual dan segera saja memuntahkan seluruh makanan yang telah ditelannya.
Dengan begitu perut menjadi kosong kembali. Kekosongan inilah yang memang diharapkan. Dengan begitu ada naluri untuk melahap kembali makanan yang terus saja dihidangkan dalam pesta-pesta tersebut.
Sementara itu di dapur para budak perempuan tak henti-hentinya memasak demi kepuasan para tuannya.
Dan Esok paginya dengan mata masih sedikit mengantuk para budak dan para lord land tersebut duduk berderet-deret membentuk shaff yang rapi untuk mendengarkan khotbah tentang keadilan dan jalan keselamatan.
Jangan kamu tanyakan keadilan dan jalan keselamatan macam apa karena mereka juga tidak mengerti. Masing-masing dari mereka hanya tahu bahwa itu semua adalah takdirnya.
Sampai di sini senyum Lintang mengembang. Tak sekalimatpun ia mengerti isi surat Hanafi. Kalimat-kalimat itu seperti sebuah dongeng atau mungkin hanya deretan kata yang tak ada maknanya sama sekali..