BARISAN.CO – Mungkin diantara kita mengalami fenomena tren tahi lalat. Sekitar tahun 1990-an, tahi lalat di wajah menjadi tren dikalangan kawula muda.
Hal itu dikarenakan artis bintang sinetron popular kala itu Rano Karno memiliki satu titik tahi lalat di dagu sebelah bawah bibirnya. Bahkan beberapa remaja yang tidak memiliki tahi lalat, kala itu rela mentato wajahnya satu titik demi menyamai artis idolanya.
Masa berganti, mode pun berubah. Tahi lalat dipandang sebagai sebuah pengganggu pemandangan wajah, terlebih jika dikaitkan dengan kesehatan yang berhubungan dengan faktor penyebab kanker kulit. Banyak yang kemudian berusaha menghilangkannya, dari dengan yang menggunakan bahan dapur seperti kapur sirih hingga pengobatan modern macam laser.
Tahi lalat adalah jenis pertumbuhan umum pada kulit. Tahi lalat umumnya muncul sebagai bintik-bintik kecil berwarna coklat gelap yang disebabkan oleh sekelompok sel berpigmen.
Tahi lalat biasanya tumbuh pada masa kanak-kanak dan remaja. Kebanyakan orang memiliki 10 sampai 45 tahi lalat, dan hampir semuanya mulai tumbuh sebelum usia 40 tahun. Beberapa tahi lalat dapat memudar atau hilang seiring pertambahan usia.
Tahi lalat, pada umumnya, tidak berbahaya dan sangat jarang berkembang menjadi kanker. Memeriksa tahi lalat dan bercak berpigmen lainnya secara teratur merupakan langkah penting untuk mendeteksi kanker kulit, terutama kanker melanoma ganas. Istilah media untuk tahi lalat adalah nevi.
Tulang lebih kuat
Kabar gembira bagi anda yang memiliki banyak tahi lalat. Sebuah peneltian menyebutkan tahi lalat membuat orang awet muda dan tidak mudah terkena osteoprorosis.
“Laki-laki maupun perempuan yang memiliki lebih dari 100 titik tahi lalat di tubuhnya, memiliki tulang yang lebih kuat sehingga tak mudah terserang tahi lalat,” demikian kesimpulan penelitian dari King’s College London. “Kulit mereka,” lanjut penelitian itu, juga tak mudah keriput sehingga terlihat lebih muda tujuh tahun atau lebih.
Selain itu, mereka yang memiliki tahi lalat juga memiliki otot lebih kuat serta mata dan jantung lebih sehat. Kelebihan itu telah mempertimbangkan resiko kanker kulit akibat adanya tahi lalat, yang bisa berkembang menjadi melanoma yang berbahaya akibat terlalu banyak terpapar matahari.
Para peneliti meyakini penemuan ini bisa membuka jalan bagi penemuan krim penghilang kerut. Sehingga tidak diperlukan lagi suntikan kolagen atau operasi plastik.
“Hingga saat ini, umumnya orang mengabaikan tahi lalat,” kata ahli genetik Profesor Tim Spector. Tahi lalat biasa mulai hilang ketika orang mencapai usia 40, tetapi orang yang masih memiliki tahi lalat hingga usia 60, mereka terlihat lebih muda.
Tahi lalat merupaka hasil dari pembelahan sel yang cepat sehingga memproduksi pigmen berwarna gelap pada kulit, biasanya terbentuk pada masa anak-anak. Tahi lalat itu umumnya mulai menghilang ketika orang mencapai usia paruh baya, tetapi sebagian orang masih memilikinya hingga usia 60-an.
Tim peneliti King’s College meneliti 1200 perempuan kembar yang tidak identik, dengan usia 18-79 tahun. Mereka menemukan, perempuan yang memiliki tahi lalat lebih dari 100 tidak mudah terkena osteoporosis dibandingkan dengan mereka yang memiliki tahi lalat kurang dari 25.
Orang dengan tahi lalat banyak, lebih banyak memproduksi sel darah putih dengan telomere panjang yang tidak biasa, yakni bagian dari DNA yang membuat sel darah putih melakukan replika, sehingga dapat mencegah kondisi memburuk.
Semakin panjang telomeresnya, maka waktu untuk melakukan degradasi semakin lama, persis seperti sol sepatu yang bisa bertahan lama.