Scroll untuk baca artikel
Kontemplasi

Takhayul Baru

Redaksi
×

Takhayul Baru

Sebarkan artikel ini

Eksistensi fisik, jasmani atau raga berupa bungkusan yang melekat ruh. Bungkusan atau busana itu, bisa berupa pengetahuan, filsafat yang digeluti, adat, aturan-aturan para orangtua, pemikiran yang beredar di masyarakat, atau bisa juga berupa glamour baju-baju, kendaraan dan rumah mewah yang ditinggalinya. Yang kesemuanya itu adalah hal-hal yang berasal dari luar atau dampak eksternal.

Sementara eksistensi diri atau ruhani itu ada pada lisan, atau lati. Yang artinya berasal dari dalam. Apa yang keluar dari lisan tak bisa diubah. Apa saja yang sudah terucap akan terekam sebagai eksistensi seseorang, akan terus diingat oleh orang lain, dan tak bisa ditarik kembali. Itulah ajining diri ana ing lati, nilai diri ada pada lisannya.

Dalam kitab suci juga disebutkan tanda iman atau harga diri seseorang tatkala sanggup menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada guna. Dalam sabdanya, Muhammad Saw. pun menegaskan, “Barangsiapa yang sebenar-benarnya beriman pada Allah dan Hari Akhir, ialah yang sebaiknya berbicara benar atau lebih baik diam”. Yang demikian, betapa dahsyat kata-kata yang terucap. Tak terhapus.

Kembali soal pelekatan. Benda menjadi barang, karena ada “nilai jual” yang dilekatkan padanya, demi kepentingan pasar, kepentingan komoditas. Akankah manusia juga demikian? Tentu saja tidak harus. Untuk bernilai jual tinggi di tengah masyarakat, tidak mesti menjatuhkan diri setara dengan barang-barang komoditas.

Untuk mendapatkan predikat gagah dan cantik, tidak mesti dengan menurunkan martabat diri sepadan dengan merk handphone, mobil mewah, uang miliaran, bulu alis lentik, dan segenap polesan dan kosmetik lainnya. Segala glamour akan hilang, tidak lama melekat.

Pendeknya, kerap kita mengutuk takhayul lama. Kita kutuk orang-orang tua yang masih menjaga tradisi, tapi abai dengan takhayul baru. Kita abai penjajahan dan sihir dari negara maju yang jelas-jelas menyuntikkan pemahaman bahwa hanya produk-produk mereka yang bernilai tinggi. Hanya dengan kosmetik produk negara maju saja, kita akan berharga diri tinggi. Hanya dengan mendermakan diri menjadi konsumen loyal atas produk barang yang serba asing, kita akan bermartabat.

Itulah takhayul baru. Keyakinan akan sesuatu yang tampak maupun tak tampak, yang berasal dari luar diri kita. Keyakinan akan harga diri yang disematkan pada polesan eksternal. Dan kesemuanya palsu alias bukan yang sesungguhnya.