“Bagaimana jika ada narasi tanding? Jakarta tidak benar-benar akan tenggelam pada 2050 karena karakteristik aluvial kota delta, selalu ada pertumbuhan tanah baru (tanah timbul) oleh sedimen sungai,” urainya.
Asun menegaskan, tanggul raksasa justru berbahaya karena menutup aliran belasan muara sungai yang harus membuang debut air dari hulu dan akumulasi sedimentasi serta pencemaran air limbah dari daratan akan terperangkap, yang mengakibatkan keracunan ekosistem Teluk Jakarta.
Sedangkan, ahli hidrologi, Yanto Ph.D. menyampaikan, banjir rob sendiri terjadi saat sedang pasang, sementara, kalau tidak pasang, itu tidak akan terjadi.
“Tetapi. apakah proyek Giant Sea Wall yang dilakukan di NCICD itu menjadi solusi? Kalau menurut saya, biaya operasionalnya akan sangat tinggi karena harus membuang air secara terus-menerus,” jelasnya.
Mahalnya biaya operasional terjadi karena walau tidak dalam keadaan banjir sekali pun, tanggul harus tetap dipompa.
Sementara, menurut Yanto, Jakarta memiliki banyak pilihan untuk menanggulangi banjir rob, seperti menanam pohon mangrove dengan rapat.
“Saya belum melihat urgensi NCICD,” ungkapnya.