Scroll untuk baca artikel
Blog

Tidak Perlu Glorifikasi Rekor PNBP APBN 2021

Redaksi
×

Tidak Perlu Glorifikasi Rekor PNBP APBN 2021

Sebarkan artikel ini

Pemerintah dalam rilis APBN Kita edisi Januari 2022 mengakui bahwa kenaikan pendapatan BLU terutama disebabkan oleh naiknya pendapatan dari pengelolaan dana perkebunan kelapa sawit akibat lebih tingginya harga CPO serta peningkatan layanan pendidikan, jasa penyelenggaraan telekomunikasi, pengelolaan kawasan, dan pendapatan dari layanan BLU Kementerian/Lembaga.

Di atas, penulis mengatakan bahwa kenaikan drastis dari PNBP sebagai keberuntungan yang relatif tidak terduga. Alasan pertama adalah capaian yang secara total jauh melampaui target APBN 2021. Bahkan, terjadi dalam hampir seluruh rinciannya.

Alasan kedua, capaian juga lebih tinggi dari prakiraan (outlook) Pemerintah hingga pertengahan Agustus 2021 lalu, ketika mengajukan Rancangan APBN 2022. Pada saat itu masih memprakirakan realisasi nanti hanya sebesar Rp357,21 triliun. Ternyata, realisasi sementara mencapai 125,53%.

Alasan ketiga, pemerintah dan DPR menetapkan target PNBP tahun 2022 hanya sebesar Rp335,56 triliun pada akhir September lalu. Dengan demikian, target tahun 2022 justrun jauh lebih rendah atau turun sebesar 25,68% dari capaian sementara tahun 2021. Sesuatu yang tidak lazim dalam APBN, kecuali karena faktor yang sangat tidak terduga.

Bagaimanapun, capaian PNBP tahun 2021 tetap harus disyukuri. Kondisi tersebut sangat berguna untuk ikut menekan lebarnya defisit APBN. Terbukti, defisit hanya mencapai Rp787,7 triliun. Jauh lebih rendah dari target APBN yang sebesar Rp1.006,4 triliun. Bahkan dari outlook pemerintah pada Agustus 2021 yang sebesar Rp961,5 triliun.

Kondisi tersebut berakibat menurunnya kebutuhan berutang pada tahun 2021. Realisasi Pembiayaan utang hanya sebesar Rp867,4 triliun. Jauh lebih sedikit dari rencana dalam APBN 2021 yang sebesar Rp1.177,4 triliun. Bahkan, masih jauh lebih rendah dari outlook pemerintah pada Agustus 2021 yang sebesar Rp1.027 triliun.

Meski disyukuri, namun tidak selayaknya narasi atas kondisi bersifat berlebihan atau glorifikasi. Faktor kebertuntungan tidak terduga tampak jelas lebih dominan dibanding faktor kinerja aparat ataupun perbaikan kebijakan. Harus tetap diingat bahwa pengelolaan Pendapatan APBN masih menghadapi tantangan berat selama beberapa tahun ke depan. [rif]