Begitu. Bilamana hidup sendiri, sekira Ia menggelayuti pundak saya? Dan, Ia memang sengaja menghadirkan rasa itu. Ia hadir di balik semua yang ada. Di hadapan saya saat itu, mulai tampak jelas Ia tersenyum di balik pot-pot bunga. Di balik semut-semut mungil yang bergotong royong mengangkuti sisa camilan anak-anak
Ia menyapa saya di balik sisa malam itu. Di balik diamnya batu. Di balik sayup-sayup kendaraan dari kejauhan. Di balik imajinasi soal semesta raya yang sekiranya tak terhingga, tak bertepi, tapi terbatas. Termasuk di balik keinginan saya untuk tak lagi mengagungkan baju.
Akhirnya, memang, saya tidak sendiri. Allah selalu menyertai.