Scroll untuk baca artikel
Khazanah

Cuka: Bumbu dan Lauk Terbaik, Benarkah?

Redaksi
×

Cuka: Bumbu dan Lauk Terbaik, Benarkah?

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Seperti diketahui dalam riwayat hidup Nabi Muhammad Saw bahwa beliau sering sekali dan suka mengonsumsi cuka sebagai lauk makanan. Bahkan tak segan beliau memuji cuka sebagai lauk terbaik.

Tentu bukan tanpa alasan bisa rasulullah berlaku sampai demikian. Dan seperti biasanya banyak hikmah yang tersembunyi dari setiap aktivitas beliau. Termasuk dalam kegemarannya mengonsumsi cuka.

“Sebaik baik bumbu dan lauk adalah cuka” (HR. Muslim).

Cuka adalah cairan yang terdiri dari asam asetat dan air. sejak saat penemuannya, cuka memiliki banyak sekali manfaat. Mulai digunakan dalam praktik obat, penelitian ilmiah, hingga kuliner.

Tak hanya itu saja, sebab ternyata cuka mengandung banyak manfaat kesehatan di dalamnya seperti vitamin, asam amino, dan asam organik. Inilah beberapa manfaat cuka untuk kesehatan seperti dilansir boldsky.

Kandungan kalsium dan kalium di dalam cuka mampu membantu menurunkan tekanan darah. Karena bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah, cuka juga baik untuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskular sehingga jantung menjadi lebih sehat.

Salah satu studi menunjukkan bahwa mengganti dressing salad menjadi cuka sebanyak 5-6 kali setiap minggunya akan menurunkan risiko serangan jantung pada pasien wanita. Asam asetat pada bumbu dapur ini bisa menurunkan tekanan darah secara signifikan dan juga aktivitas renin yang berkaitan dengan tekanan darah.

Bermanfaat untuk kesehatan

Cuka mampu digunakan untuk melawan kanker sebab cuka kaya akan zat anti oksidan. Sehingga tubuh dapat terlindung dari efek radikal bebas penyebab kanker. Sebuah studi terkontrol menunjukkan cuka dengan penurunan resiko kanker tenggorokan.

Cuka dari tebu memicu kematian sel dan menekan perkembangan sel kanker darah sedangkan cuka Jepang juga bisa meredam pertumbuhan sel kanker pada fase pertumbuhannya.

Cuka bermanfaat untuk mengatur tingkat glukosa dalam tubuh sehingga baik dikonsumsi untuk penderita diabetes. Pada sebuah studi yang diterbitkan di US National Library of Medicine, kurva respon insulin terbukti turun hingga 20 persen saat pasien diberikan 50 gram sukrosa dan 60 ml cuka.

Artinya, cuka memiliki kemampuan untuk memperbaiki sensitivitas insulin hingga 19-34 persen. Secara teori, ia berpotensi menjadi obat yang mencegah peningkatan diabetes dan memperbaiki fungsi insulin tubuh dan metabolisme karbohidrat.

Kandungan pektin yang ada di cuka sendiri mampu menyingkirkan kolesterol dalam tubuh. Kalsium yang ada di dalam cuka ternyata mampu membantu dalam pembentukan tulang sehingga tulang menjadi kuat. Jika ingin menurunkan berat badan, cuka ternyata dapat berperan sebab cuka mampu menekan nafsu makan.

Sebab cuka memberikan efek rasa puas atau kenyang jika dikonsumsi sebagai cara mengendalikan selera makan. Beberapa studi klinis di Jepang membuktikan peran cuka dalam penurunan berat badan, massa lemak dan kadar triglyceride pada pasien obesitas. Selain itu, ia juga meningkatkan kadar HDL sehingga mencegah penumpukan lemak pada hati.

Karena cuka mengandung asam asetat, maka asam ini mampu berfungsi melawan penyakit yang disebabkan oleh bakteri seperti tuberkulosis. Jika mengalami masalah kulit seperti radang kulit dan kulit terbakar, coba obati dengan cuka. Sebab kandungan asam di dalamnya bermanfaat untuk hal ini. Cuka juga mampu mengobati keracunan sebab cuka mempunyai sifat detoksifikasi di dalamnya.

Berpotensi haram, jika..

Ada beberapa rincian hukum cuka dari mana cuka berasal sebagai berikut:

  1. Jika cuka berasal dari khomr (segala sesuatu yang memabukkan), lalu diolah dengan tangan manusia menjadi cuka, maka tidaklah halal. Hadits yang mendukung hal ini, Dari Anas bin Malik, bahwasanya Abu Tholhah pernah bertanya pada Nabi SAW mengenai anak yatim yang diwarisi khomr. Lantas beliau katakan, “Musnahkan khomr tersebut.” Lalu Abu Tholhah bertanya, “Bolehkah aku mengolahnya menjadi cuka?” Nabi SAW menjawab, “Tidak boleh.” (HR. Abu Daud). Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa ini adalah penjelasan yang amat jelas bahwa khomr jika diolah menjadi cuka (dengan tangan manusia), maka itu tidak dibolehkan. Jika hal itu dibolehkan, maka tentu harta anak yatim lebih pantas untuk diperlakukan seperti itu karena harta mereka sudah sepantasnya dijaga, dikembangkan dan diperhatikan. Rasulullah SAW juga melarang membuang buang harta. Jika diperintah untuk dimusnahkan berarti yang dimaksud adalah membuang-buang harta. Maka sudah dimaklumi bahwa mengolah khomr menjadi cuka tidak membuat khomr tersebut jadi suci.
  2. Jika khomr berubah dari cuka dengan sendiri (secara alami). Maka ini kembali ke hukum asal cuka yang telah diulas, yaitu suci dan halal. Imam Malik sampai sampai mengatakan, “Aku tidak suka seorang muslim mewariskan khomr lantas khomr tersebut diolah (dengan tangan) lantas menjadi cuka. Namun jika khomr tersebut menjadi cuka dengan sendirinya, maka tidak mengapa untuk disantap.”
  3. Jika alkohol bukan aslinya dari khomr, maka tidak ada masalah. Seperti yang kita lihat dari proses saat ini yang berlaku, cuka (asam asetat) diproduksi bukan dari khomr, tetapi dari proses fermentasi tetes tebu, yang diolah menjadi alkohol, lalu aldehid dan menjadi asam asetat.

Jadi untuk lebih amannya ketika hendak membeli cuka kemasan, pastikan ada label halal MUI tertera.