Seorang dokter Jerman, Philipp Friedrich Herman Klencke pada 1843, secara eksperimental memproduksi bentuk TBC manusia dan sapi untuk pertama kalinya dengan menginokulasi ekstrak dari tuberkel milier ke dalam hati serta paru-paru.
Hingga pada tahun 1921, Albert Calmette bersama Jean-Marie Calmille Guerin mengembangkan vaksin Bacille Calmette-Guerin (BCG) sebagai karya eprintis menju langkah pencegahan penyakit TBC.
Selain vaksin pencegahan, hadir terobosan besar lainnya berupa antibiotik. Tahun 1943, antibiotik streptomisin tuberkulosis dikembangkan oleh Selman Waksman, Elizabeth Bugie, dan Albert Schatz.
Kini, ada empat antibiotik yang tersedia, yaitu; isoniazid, pirazinamid, etambutol, dan rifampisin yang digunakan untuk pengobatan TBC. Sejak tahun 2000, diperkirakan 66 juta nyawa telah diselamatkan melalui diganosis dan pengobatan TB. Artinya, ada harapan bagi pasien untuk sembuh total. Namun, dalam masa pengobatan tersebut, pasien harus memiliki kedisiplinan dan kesabaran tinggi. Sebab jika tidak, penyakit menjadi lebih sulit diobati dan pengobatan membutuhkan waktu yang lebih lama serta obat yang lebih keras. [rif]