Scroll untuk baca artikel
Blog

Upah Minimum Naik tapi Jadi Korban PHK, Negeri Startup vs Standup

Redaksi
×

Upah Minimum Naik tapi Jadi Korban PHK, Negeri Startup vs Standup

Sebarkan artikel ini

BARU kali ini aktivis buruh dengan terus terang memuji pemerintah dan mengucapkan terimakasih kepada Presiden Jokowi. Padahal selama ini antara buruh dan pemerintah laiknya Tom & Jerry.

Ketua Umum Partai Buruh Said Iqbal di antara pentolan aktivis yang mengucapkan terimakasih lantaran pemerintah menetapkan kenaikan UMR maksimal sampai 10 persen untuk tahun 2023.

Nah, seperti biasa pengusaha yang diwakili Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) ‘terpaksa’ menerima keputusan pemerintah tersebut. Dengan sedikit menggertak, menurutnya upah naik ketika ekonomi baru menggeliat dan badai PHK melanda terutama di sektor padat karya seperti pabrik garmen dan alas kaki, sebenarnya kurang bijak. Juga di perusahaan startup Unicorn atau Decacorn yang menjadi kebanggan Presiden Jokowi, tak luput dari badai dan mungkin sebentar lagi jadi tsunami PHK.

Jadi intinya kenaikan upah tersebut hanya membuat cemburu dan meledek korban PHK. Sementara bagi yang selamat dari PHK pun mungkin hanya hiburan belaka karena pengusaha pun bisa saja memang hanya menaikkan satu persen atau 2,5 persen. Angka 10 persen itu maksimal bukan minimal.

Saya awalnya tidak membayangkan akan terjadi PHK di perusahaan seperti GoTo, perusahaan gabungan Gojek dan Tokopedia. Startup yang dianggap paling moncer di Indonesia dan juga merambah ke Asia Tenggara memecat 1.300 karyawannya.

Begitu juga Ruangguru yang selama ini juga mendapat durian runtuh dari Pemerintah karena dapat kucuran dana Kartu Prakerja sebagai kompensasi Covid-19, mem-PHK ratusan karyawan juga menjadi kejutan di akhir tahun alih-alih kado manis menjelang Tahun Baru.

Sebagai penghiburan dan pembenaran sehingga PHK dianggap vonis rasional, manajemen boleh saja mengatakan PHK dalam perusahaan digital memang fenomena dunia. Jalan terakhir yang sulit dihindari.

Sebutkan saja Meta yang juga induk perusahaan Facebook yang memecat 11.000 karyawan, Amazon 10.000 orang, Twitter 3.700 karyawan dan Microsoft lebih dari 1.000 orang.

Sementara Renald Kasali, pakar manajemen Universitas Indonesia dalam tayangan podcast-nya mengaku tidak yakin sepenuhnya alasan PHK startup dalam negeri lantaran pengaruh global. Renald Kasali justru curiga kesulitan keuangan yang dialami startup karena kesalahan manajemen dan terlalu banyak bakar duit. Karena itu Renald Kasali menantang perusahaan yang sempat dibanga-banggakan Jokowi tersebut membuka laporan keuangannya kepada publik.

Upah minimum naik di tengah gelombang PHK dan perusahaan masih banyak terpuruk dan sebagian baru bangkit, seperti menari-nari di atas penderitaan orang lain. Tragis sekaligus lucu. Seperti startup rasa standup. [rif]