Scroll untuk baca artikel
Ekonomi

Utang Bertambah Rp1.227 Triliun karena Realisasi APBN 2020

Redaksi
×

Utang Bertambah Rp1.227 Triliun karena Realisasi APBN 2020

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CORealisasi pembiayaan utang dalam APBN 2020 mencapai Rp1.226,8 triliun. Hal itu disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam jumpa pers secara daring pada Rabu, 6 Januari 2020.

Pembiayaan utang merupakan tambahan utang pemerintah karena pengelolaan APBN. Baik untuk menutupi defisit, maupun mendanai pengeluaran pembiayaan.

Pengeluaran pembiayaan antara lain berupa investasi pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), investasi pada Badan Layanan Umum (BLU), investasi kepada Lembaga/Badan, dan Pembiayaan Lainnya.

Realisasi sementara APBN 2020 dilaporkan defisit sebesar Rp956,3 triliun. Sedikit lebih rendah dari rencananya yang sebesar Rp1.039,2 triliun. Pengeluaran pembiayaan investasi hanya terealisasi Rp104,7 triliun dari rencana yang sebesar Rp257,1 triliun.  

Dengan realisasi demikian, terjadi kelebihan pembiayaan anggaran sebesar Rp234,7 triliun. Realisasi dalam berutang telah sesuai rencana, namun pengeluaran yang mesti dibiayai ternyata lebih sedikit.

Tangkapan layar paparan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers Rabu, (6/1/2021)

Bagaimanapun, utang telah bertambah sebesar Rp1.226,8 triliun karena pengelolaan APBN 2020. Sedikit lebih banyak dari rencana Perpres No.72/2020 yang sebesar Rp1.220,5 triliun. Naik sekitar 180,4% dari realisasi tahun 2019.

Pembiayaan utang tersebut diperoleh dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) secara neto sebesar Rp1.177,2 triliun. Sedikit lebih banyak dari rencana APBN yang sebesar Rp1.173,7 triliun.

Perhitungan penerbitan SBN secara neto tersebut diperoleh dari penerbitan secara bruto sebesar Rp1.533,6 triliun. Dikurangi dengan pelunasan SBN yang jatuh tempo ataupun yang dibeli kembali (buyback) sebesar Rp356,4 triliun.

Sedangkan tambahan utang dari nilai pinjaman secara neto mencapai Rp49,7 triliun. Terutama dikontribusi oleh pinjaman luar negeri. Berbeda dari kecenderungannya yang sedikit berkurang selama beberapa tahun terakhir, karena pelunasan lebih besar dari penarikan baru. []


Kontributor: Awalil Rizky
Editor: Ananta Damarjati