Scroll untuk baca artikel
Khazanah

Ibnu Al-Nafis, Ilmuwan Muslim Bapak Sirkulasi Paru dan Fisiologi

Redaksi
×

Ibnu Al-Nafis, Ilmuwan Muslim Bapak Sirkulasi Paru dan Fisiologi

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Ibn Al-Nafis atau pemilik nama lengkap Ala al-Din Abu al-Hassan Ali bin Abi-Hazm al-Qarshi al-Dimashqi. Intelektual muslim dan ilmuwan serba bisa kelahiran Damaskus pada tahun 1213. Ibnu Al-Nafis atau Ibn Al-Nafis sejak kecil sudah mulai menghafal Quran, belajar membaca dan menulis, dan mempelajari yurisprudensi, Hadits, dan bahasa Arab.

Ilmuwan muslim ini lalu mempelajari pengobatan dan gurunya yakni Muhaththab Ad-Deen `Abdur-Raheem` Ali yang dikenal sebagai Ad-Dikhwaar. Usianya yang masih muda, pada usia 23 tahun ia sudah bekerja di Rumah Sakit Al-Nassri. Ia pun menjadi kepala dokter di Rumah Sakit Al-Mansouri.

Pada usia 29 tahun, Ibn Al-Nafis memublikasikan karya penting dunia kedokteran yakni The Commentary on Anatomy di Canon Avicenna. Buku yang memberikan pandangannya tentang sirkulasi paru dan jantung.

Melalui karyanya inilah, sosok Ibn Al-Nafis dalam dunia kedokteran modern diberikan gelar sebagai ahli fisiologi. Pada era keemasan Islam pada abad ke-13 M, ia merupakan dokter pertama yang mampu merumuskan dasar-dasar sirkulasi lewat temuannya tentang sirkulasi dalam paru-paru, sirkulasi jantung, dan kapiler.

Dalam dunia kedokteran ini menjadi capaian prestisius dan luar biasa itu ditorehkan seorang dokter Muslim bernama Ibnu Al-Nafis. Berkat jasanya yang sangat bernilai itulah, Ibnu Al-Nafis dianugerahi gelar sebagai ‘Bapak Fisiologi Sirkulasi’.

Prestasi dan pencapaian gemilang yang ditorehkannya pada abad ke-13 M itu telah mematahkan klaim Barat. Klaim yang menyatakan bahwa Sir William Harvey dari Kent, Inggris yang hidup di abad ke-16 M, sebagai pencetus teori sirkulasi paru-paru.

Jejak prestasi yang ditorehkan Al-Nafsi dalam bidang kedokteran khususnya ilmu fisologi pada era kejayaan Islam itu baru terungkap pada abad ke-20. Dunia kedokteran pun dibuat terperangah dan takjub oleh pencapaian dokter Muslim itu. Adalah fisikawan berkebangsaan Mesir, Muhyo Al- Deen Altawi yang berhasil menguak kiprah Al-Nafsi lewat risalah berjudul Commentary on the Anatomy of Canon of Avicenna yang tersimpan di Perpustakaan Nasional Prussia, Berlin, Jerman.

Aliran kedokteran Nafisan

Kontribusi Al-Nafis dalam dunia kedokteran tak hanya di bidang fisiologi. Ia juga dikenal sebagai dokter yang menyokong kedokteran ekperimental, postmortem otopsi, serta bedah manusia.

Sejarah juga mencatat Al-Nafis sebagai dokter pertama yang menjelaskan konsep metabolisme. Tak heran bila dia lalu mengembangkan aliran kedokteran Nafsian tentang sistem anatomi, fisiologi, psikologi, dan pulsologi.

Aliran Nafsian yang diciptakannya itu bertujuan untuk menggantikan doktrin-doktrin kedokteran yang dicetuskan pendahulunya yakni Ibnu Sina alias Avicena dan Galen (seorang dokter Yunani). Al- Nafis menilai banyak teori yang dikemukakan kedua dokter termasyhur itu keliru. Antara lain tentang denyut, tulang, otot, panca indera, perut, terusan empedu, dan anatomi tubuh lainnya.

Ibn Al-Nafis berusaha meluruskan teori dan doktrin kedokteran yang dianggapnya keliru itu. Lalu ia menggambar diagram yang melukiskan bagian-bagian tubuh yang berbeda dalam sistem fisiologi yang dikembangkannya.

Karya Al-Nafis dalam bidang kedokteran dituliskannya dalam kitab Sharh al-Adwiya al-Murakkaba, komentar Al-Nafis terhadap kitab karya Ibnu Sina yang berjudul Canon of Medicine. Ia juga menulis kitab Commentary on Anatomy in Avicenna’s Canon pada tahun 1242 M.

Al-Nafis tentang Sirkulasi Paru-paru dan Jantung

Pencapaian luar biasa ilmu pengetahuan di bidang kedokteran, Ibn Al-Nafis dalam bidang fisiologi mampu mengguncangkan dunia. Pada abad ke-13 M, dia telah mengungkapkan penemuan pentingnya. Dalam kitab yang ditulisnya, Al-Nafis berujar, “Darah dari kamar kanan jantung harus menuju bagian kiri jantung, namun tak ada bagian apapun yang menjem batani kedua bilik itu. Sekat tipis pada jantung tidak berlubang.”