Namun, Awalil mengingatkan agar tidak mencampuradukkan rasio ULN total dengan rasio utang pemerintah terhadap PDB, yang pada posisi terbaru mencapai 39,75%.
“Banyak yang keliru menganggap ULN itu hanya milik pemerintah, padahal itu gabungan pemerintah, swasta, dan bahkan Bank Indonesia,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa tren ULN Indonesia dalam beberapa tahun terakhir memang melandai, terutama sejak pandemi COVID-19.
Namun demikian, tren jangka panjang tetap menunjukkan arah peningkatan, khususnya dalam periode 2016 hingga 2020 yang mengalami lonjakan signifikan.
Utang Bank Indonesia Meningkat Pesat
Salah satu temuan penting yang disampaikan Awalil adalah kenaikan tajam ULN yang dimiliki oleh Bank Indonesia sendiri.
Data ini tidak disebutkan secara eksplisit dalam siaran pers, tetapi terdapat dalam lampiran dokumen PDF setebal 68 halaman yang dirilis bersamaan.
“Dalam dua tahun terakhir, yakni sejak 2023 hingga Februari 2025, utang luar negeri yang dimiliki oleh Bank Indonesia mengalami peningkatan signifikan,” ujarnya. Ia menyayangkan bahwa bagian ini luput dari perhatian media maupun penekanan dalam rilis resmi BI.
Awalil menyimpulkan bahwa meski data ULN Indonesia secara umum terlihat stabil, pendekatan komunikasi dari otoritas moneter perlu lebih transparan dan terbuka.
Menurutnya, narasi optimis yang berlebihan justru bisa menurunkan kredibilitas lembaga independen seperti Bank Indonesia.
“BI seharusnya tetap menyampaikan data dengan narasi netral dan obyektif. Kita sebagai pembaca dan pengamat juga perlu kritis membaca rilis semacam ini, agar tidak hanya berhenti pada permukaan angka,” tutupnya. []
