Scroll untuk baca artikel
Blog

Kelanjutan Proyek Pesawat R80 Usai Dicoret sebagai Proyek Strategis Nasional

Redaksi
×

Kelanjutan Proyek Pesawat R80 Usai Dicoret sebagai Proyek Strategis Nasional

Sebarkan artikel ini

Ilham mengingatkan keadaan di Indonesia itu sebetulnya hari ini dan di masa mendatang akan semakin banyak memerlukan adanya pesawat tak hanya untuk transportasi orang, tapi juga barang, khususnya barang yang memiliki nilai-nilai lebih tinggi.

“Misalnya untuk produk maritim itu lobster. Kalau dalam keadaan hidup, memang harus dengan pesawat,” ujar Ilham.

Ilham mengatakan mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti memulai Susi Airlines guna mengantarkan lobster dalam bentuk masih hidup agar nilai ekonomisnya lebih tinggi daripada dalam keadaan kalau sudah mati dan mungkin dibekukan dalam es.

Sebab, banyak kasus di Indonesia begitu memerlukan pesawat terbang sehingga masa depan R80 saat ini masih dijalankan walaupun saat ini intensitasnya berkurang daripada sebelum pandemi.

“Semua airlines juga menderita, dengan kata lain juga berdampak kepada produsen pesawat terbang. Banyak pesanan yang telah diterima tidak bisa dieksekusi, airlines minta ditunda dulu karena mereka tidak mampu bayar dan tidak mampu mengoperasikannya karena domainnya kecil,” tambah Ilham.

Akan tetapi, Ilham menegaskan PT RAI tetap bekerja sama dan berkoordinasi dengan pemerintah Indonesia, PT DI, dan juga dengan perusahaan-perusahaan di luar negeri yang ada kepentingan kerja sama.

“ATR itu pesawat terbang utama di kategori baling-baling dimiliki Airbus. Di Indonesia 50 persen airbus dan 50 persennya Itali. Jadi, kepentingan Airbus di Indonesia sangat besar karena dia melihat kita itu operator dari pesawat terbang, seperti Airbus A320 atau A330 yang cukup besar. Artinya, selalu mau ada hubungan baik dengan kita. Di mana produk mereka yang namanya ATR pasar utamanya di Indonesia,” tegas Ilham.

Pemerintah Perlu Bersikap

Wakil Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia yang terpilih pada Desember lalu ini melanjutkan, perlu adanya sikap dari pemerintah karena pesawat terbang ini memang satu bidang sektor industri di mana tangan pemerintah selalu kelihatan di mana saja.

Ilham mencontohkan pada awalnya, mayoritas saham Airbus dimiliki oleh pemerintah di Eropa, yaitu Jerman, Prancis, dan Spanyol. Walaupun, jumlah sahamnya sekarang sudah berkurang, namun masih ada.

“Jadi, bayangan saya kalau kita katakanlah membentuk patennya Airbus untuk mengembangkan pesawat terbang baling-baling yang baru, karena ATR itu juga belum pesawat terbang yang hijau, dia masih tradisional. Tapi ke depan, mungkin harus ada, paling tidak hybrid, pakai baterai, tapi pakai sebagian saja mungkin dari perjalanan terbang dengan menggunakan elektrik. Sebagian mungkin tetap konvensional,” lanjut Ilham.