Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Pendidikan

Diskusi Akhir Tahun Pendidikan dan Kebudayaan: 3 Pilar Kepribadian Nasional

:: Redaksi Barisan.co
15 Desember 2021
dalam Pendidikan
Kepribadian nasional

Diskusi Akhir Tahun: Bidang Pendidikan dan Kebudayaan” dalam Forum Ekonomi Politik Didik J. Rachbini

Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

BARISAN.CO – Menurut Abdul Hadi WM, kepribadian nasional memiliki 3 pilar yakni, politik nasional menolak campur tangan asing; ekonomi menolak eksploitasi asing terhadap SDA dan SDM nasional; dan bidang kebudayaan harus berkepribadian unggul dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Hal ini disampaikannya pada acara bertajuk “Diskusi Akhir Tahun: Bidang Pendidikan dan Kebudayaan” dalam Forum Ekonomi Politik Didik J. Rachbini melalui platform Twitter Space, Selasa (14/12/2021) malam.

Guru Besar Falsafah dan Agama Universitas Paramadina ini juga menyatakan bahwa Pendidikan nasional bisa bergairah kembali jika pendidikan Bahasa kembali diperhatikan.

“Bahasa hanya dipakai sebagai sarana komunikasi tetapi tidak digunakan untuk berpikir. Padahal semakin canggih berbahasa maka akan semakin mendukung kecerdasan. Bahasa Jerman telah lama menjadi pedoman Bahasa risalah-risalah ilmiah, sastra dan filosofis bernilai amat tinggi,” terangnya

BACAJUGA

titik krisis ekonomi indonesia

Ekonom INDEF: Titik Kritis Ekonomi Indonesia Ada Pada Neraca Perdagangan

28 Juli 2022
masalah ekonomi indonesia

Ancaman Krisis, Prof Didik: 5 Masalah Ekonomi Indonesia

18 Juli 2022

Menurut Abdul Hadi karena terlalu lama dijajah kolonialisme, kepribadian manusia Indonesia menjadi hancur.

“Sebelum abad 20 di Jawa digunakan Bahasa Jawa dan Melayu Arab, namun Belanda menghapus itu semua dan menggunakan Bahasa Latin, sehingga putus dari akar budaya,” ujarnya.

Sebagai perbandingan lanjutnya, kepribadian bangsa yang tetap dipertahankan dipraktikkan oleh bangsa-bangsa penganut konfusianisme Jepang, Korea, China, di mana konfusianisme diajarkan sejak dari SD. Begitu pula dengan etos dan seni budaya yang merupakan aspek penting dalam menanggapi aneka corak kehidupan.

Abdul Hadi juga menyoroti terjadinya krisis moral parah dan rendahan, dengan terjadinya berbagai peristiwa korupsi dan manipulasi yang menghancurkan kehidupan sosial politik nasional.

“Dibutuhkan kembali kebangkitan akan nilai moral yang berstandar tinggi untuk membenahi iklim kehidupan di berbagai sektor.,” ucapnya

Abdul Hadi juga menyinggung perlunya diperkuat dan dipahami ihwal kearifan lokal. Menurutnya kearifan lokal tertera pada kitab-kitab keagamaan, filsafat, sastra yang sudah jarang dipelajari.

“Tak heran, generasi muda Jawa tak lagi kenal Ronggowarsito, Mahabarata, begitu juga anak suku lain, kecuali Bali meski hidup dalam lakon tetapi kurang mengenal. Ada juga banyak arsitektur-arsitektur lokal. Karya-karya sastra lama perlu diperkenalkan kembali seperti Tajussalatin, Bustanussalatin, Sastra Jawa, Sunda dan lainnya,” jelas Abdul Hadi

Ia juga mengkritik fenomena bahwa kebudayaan dan karya-karya sastra unggul lama tak juga dipelajari, sedangkan pelajaran dari Barat juga tidak tuntas dikuasai.

“Meski anak-anak kita banyak yang menjuarai lomba internasional matematika dan science, tetapi tidak ada yang kemudian menjadi ilmuwan kelas dunia hingga meraih penghargaan Nobel. Sementara tetangga Asia lain Pakistan punya M. Yunus dan Mahbub Ul Haq sebagai para peraih hadiah Nobel,” katanya

M. Abduhzen, Peneliti Paramadina Institute of Education Reforms mengatakan bahwa terdapat kekeliruan cara memandang proses pendidikan karakter di sekolah.

“Proses pendidikan karakter memang betul untuk membentuk seutuhnya karakter agar menjadi manusia berbudaya. Namun sesungguhnya proses pendidikan yang benar adalah include di dalamnya pembentukan karakter. Tidak dipisah antara pendidikan seni budaya dan pendidikan karakter,” ucapnya

Abduhzen mengungkapkan bahwa selama ini umum menganggap pendidikan karakter hanya berisi pelajaran agama, budi pekerti, PPKN, tapi lupa bahwa karakter sangat dipengaruhi oleh pelajaran matematika, dan ilmu-ilmu scientific seperi biologi, fisika, kimia.

“Basis pembentukan karakter adalah ketika orang mampu berpikir logis dan rasional karena terbiasa berpikir oleh ilmu-ilmu scientist. Karena itulah dulu ada peribahasa bijak ‘Pikir itu pelita hati, air beriak tanda tak dalam’,” tuturnya.

Tidak heran lanjut Abduhzen, dalam rangking PISA anak-anak didik di Indonesia tidak mampu beranjak dari posisi 6 terbawah dunia. “Karena memang tidak dibiasakan berpikir (ilmiah), karenanya mereka punya kemampuan science yang lemah. Ketika diberikan soal-soal science maka kemampuan berpikir atau bernalar jeblok karena tidak terlatih berpikir,“ lanjutnya.

Dirunut dari masa lalu, pengaruh sistem pendidikan era kolonial sedikit banyak berpengaruh. Pribumi tidak dipacu menjadi cerdas karena proses berpikir, tetapi hanya untuk lebih patuh dan setia pada nilai-nilai inlandernya.

“Dan nilai inlander itu yang terus berkembang hingga hari ini. Bangsa kita menjadi bangsa yang tidak punya kepribadian kuat dan malas berpikir,” sambungnya

Abduhzen juga menyampaikan evaluasinya atas problem pendidikan nasional, Yang pertama menurutnya, “Problem pendidikan nasional telah melampaui kapasitas departemental atau diserahkan hanya pada level kementerian, tetapi harus ditangani terpadu sampai pada tingkat negara dan dipimpin langsung oleh kepala negara.”

“Kedua, siswa didik kita harus dibiasakan mau berpikir dengan proses menggunakan nalar. Kemampuan bernalar sangat dibutuhkan untuk membentuk kepribadian yang berkarakter unggul. Ketiga, proses belajar mengajar harus menggunakan proses dialogis dengan penggunaan bahasa yang benar, sebagai media pencerdasan. Karena itu membenahi bahasa berarti sedang membenahi cara berpikir,” jelasnya.

Fatchiah E. Kertamuda, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Paramadina menyatakan bahwa pendidikan merupakan investasi bernilai strategis dan merupakan penanaman modal sumber daya manusia nasional.

“Perjalanan pendidikan kita masih terus mencari pola dan tak tahu sampai kapan ujungnya. Terlebih dengan munculnya pandemi covid-19 yang membuat para tenaga pengajar harus menyesuaikan sistem pengajaran yang tidak mudah,” ujarnya.

Setiap kebudayaan lanjut Fatchiah, memiliki local wisdom yang bisa dikembangkan menjadi sistem perilaku.

“Bagaimana setiap orang bisa tumbuh pertama dari lingkungan keluarga yang kondusif. Namun mengubah semuanya tentu tidak mudah dan butuh waktu. akhlak mulia tidak mungkin bisa dibentuk dalam satu dua hari. Tetapi butuh proses panjang,” pungkasnya. (Arief/Luk)

Editor: Lukni
Topik: Abdul Hadi WMDidik J RachbiniGangguan Kepribadian
Redaksi Barisan.co

Redaksi Barisan.co

Media Opini Indonesia

POS LAINNYA

pembelajaran ditutup
Pendidikan

Mendikbud: Surat Edaran, Pembelajaran Ditutup Bila Ada yang Terpapar Covid-19

31 Juli 2022
desa binaan STIMA IMMI
Pendidikan

MM STIMA IMMI Selenggarakan Program Pemberdayaan Masyarakat Desa Binaan

23 Juli 2022
Mengenal Wawasan Wiyata Mandala yang Jadi Salah Satu Materi MPLS
Pendidikan

Mengenal Wawasan Wiyata Mandala yang Jadi Salah Satu Materi MPLS

11 Juli 2022
Disdik DKI Jakarta Dinilai Gagal Atasi Histeria Publik Saat PPDB 2022
Pendidikan

Disdik DKI Jakarta Dinilai Gagal Atasi Histeria Publik Saat PPDB 2022

28 Juni 2022
SK 28 Guru Besar Diteken Menteri Agama
Pendidikan

SK 28 Guru Besar Diteken Menteri Agama

14 Juni 2022
Bedah Buku Perempuan yang Mengawali Senyuman
Pendidikan

Literasi Desa, Bedah Buku Perempuan yang Mengawali Senyuman

13 Juni 2022
Lainnya
Selanjutnya
Anak lebih mandiri

Mendidik Anak Agar Lebih Mandiri

Sekolah Hak Asasi Manusia

MUI Luncurkan Sekolah Hak Asasi Manusia

TRANSLATE

TERBARU

Apakah Work Life Balance itu Mitos Belaka?

Apakah Work Life Balance itu Mitos Belaka?

8 Agustus 2022
kandungan surat al ashr

Kandungan Surat Al Ashr, Memaknai Sebuah Waktu di Dunia

8 Agustus 2022
APBN Akan Tetap Defisit, Meski Alami Surplus Semester I-2022

APBN Akan Tetap Defisit, Meski Alami Surplus Semester I-2022

8 Agustus 2022
pergerakan ekonomi lomba burung kicau

Ikut Sertakan Burung Andalannya, Anies: Ada Pergerakan Ekonomi di Kompetisi Lomba Kicau Burung

7 Agustus 2022
pemyair pemulung

Penyair Pemulung di Hari Kemerdekaan

7 Agustus 2022
surga di matamu

Surga Di Matamu – Puisi Joe Hasan

7 Agustus 2022
Mei Shin

Sepenggal Riwayat Mei Shin – Cerpen Risen Dhawuh Abdullah

7 Agustus 2022

SOROTAN

Sejarah Penetapan Tahun Hijriah dan Arti Bulan-Bulan dalam Kalender Islam
Edukasi

Sejarah Penetapan Tahun Hijriah dan Arti Bulan-Bulan dalam Kalender Islam

:: Thomi Rifai
1 Agustus 2022

BARISAN.CO - Umat Muslim barus saja memasuki tahun baru hijriyah yang ke-1444. Kalender Hijriah atau kalender Islam masih digunakan dan...

Selengkapnya
satu abad chairil anwar

Satu Abad Chairil Anwar, Puisi dan Doa

26 Juli 2022
Film Invisible Hopes

Film Invisible Hopes Mengungkap Sisi Gelap Anak-Anak yang Lahir di Jeruji Penjara

23 Juli 2022
Beredar Surat Pengangkatan Tenaga Honorer Jadi PNS, Begini Penjelasan Kemen PANRB

Pegawai Negeri Dibutuhkan, Tetapi Cenderung Tidak Diapresiasi

21 Juli 2022
Marak Praktik Penipuan Mystery Box, Celios Sarankan E-Commerce Lebih Proaktif

Marak Praktik Penipuan Mystery Box, Celios Sarankan E-Commerce Lebih Proaktif

18 Juli 2022
Saat Anies Baswedan Meneladani Karakter dan Ajaran Tuhan Yesus Kristus

Saat Anies Baswedan Meneladani Karakter dan Ajaran Tuhan Yesus Kristus

15 Juli 2022
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Risalah
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Sastra
  • Khazanah
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang