Barisan.co – Beragam warisan orang-orang dulu, bukan hanya sekadar bangunan. Melainkan juga dokumen dan warisan budaya. Salah satu warisan budaya yang ada di Indonesia adalah warian budaya Jawa.
Warisan budaya Jawa jika dikaji akan banyak mengandung banyak nilai-nilai luhur. Tentu nilai luhur itu adalah nilai budaya Jawa. Warisan budaya tersebut berbentuk dokumen berupa karya sastra. Misalnya khasanah sastra Jawa, nilai religius banyak tersimpan dalam sastra suluk atau wirid.
Nilai warisan karya sastra mulai banyak dikaji. Bahkan menjadi jalan membuka lembaran baru arah kebudayaan. Tentu selain bermanfaat bagi pembinaan dan pendidikan mental spritual. Menjadi bagian warisan agung sebagai bangsa yang berperadaban tinggi.
Sekian banyak warisan budaya berbentuk sastra. Salah satunya yakni Serat Wirid Hidayat Jati. Jika mengkaji Salah satunya yakni Serat Wirid Hidayat Jati tentu akan ditemukan nilai-nilai luhur. Sebagaimana ajaran keagamaan yang ada. Ajaran dalam Serat Wirid Hidayat Jati ternyata juga meliputi ajaran tentang ketuhanan, manusia dan alam semesta.
Ajaran tersebut bersumber dari riwayatnya wiradat ajaran wali di Jawa. Lantas apakah Salah satunya yakni Serat Wirid Hidayat Jati memiliki kandungan pendidikan tauhid? Ternyata jika ditelusuri ajaran dalam Wirid Hidayat Jati dijiwai oleh ajaran Tasawuf.
Ajaran tersebut dipengaruhi oleh Tarekat Syatariyah Syekh Abdul Rauf (ulama sufi dari Singkel Aceh). Beserta muridnya Syekh Abdul Muhyi, yang terkenal sebagai wali negeri Priyangan.
Gagasan tentang Allah sebagai Zat Yang Mutlak dan kedekatan Allah dalam diri manusia juga bersumber dari ajaran Tasawuf. Secara sepintas, ajaran ketuhanan dalam Wirid Hidayat Jati menjelaskan bahwa manusia sebagai makhluk yang diciptakan-Nya. Kewajiban mengetahui dan mengenal tentang keesaan Tuhan Yang Maha Esa, Zat, Sifat, Asma dan Af’al-Nya yang Agung.
Pengenalan sifat-sifat Tuhan baik yang wajib maupun yang mukhal (mustahil). Ajaran ketuhanan yang terdapat dalam karya R. Ng. Ranggawarsita bukanlah ketuhanan sebagai pengetahuan atau ilmu saja. Melainkan sebagai kepercayaan kepada Tuhan (iman), sebuah kekuatan yang tiada taranya dan yang menjadi pusat segala kekuasaan.
Adapun isi Salah satunya yakni Serat Wirid Hidayat Jati yang memuat pendidikan tauhid; Pertama, ajaran adanya Tuhan, yang berbunyi : “Sajatine ora ana apa-apa, awit maksih awang-uwung durung ana sawiji-sawiji, kang ana dingin iku Ingsun sajatining ora ana Pangeran nanging Ingsun, sajatining dad kang Maha Suci, angliputi ing sifatingsun, amartani ing asmaningsun, amratandhani ing apngalingsun.”
Sebenarnya tidak ada suatu apapun sebab ketika masih kosong (awang-uwung) belum ada sesuatu. Pertama adalah Aku (Allah), tidak ada Tuhan kecuali Aku, hakikat Yang Maha Suci, meliputi segala sifat-Ku, memberitakan nama-Ku, menandai af’al-Ku (perbuatan-Ku).
Ajaran yang terkandung pada ajaran pertama yaitu tentang wisikan ananing zat (ajaran tentang adanya zat), adalah bahwa sewaktu alam ini masih kosong belum ada apapun (belum ada sesuatu yang diciptakan), maka yang ada lebih dahulu adalah Aku (Allah) Zat Yang Maha Suci yang meliputi segala asma, sifat dan af’al-Nya (perbuatan).
Kedua, ajaran tentang wahana zat, yang berbunyi : “Sajatine Ingsun Dat kang Amurba Amisesa kang kawasa anitahaken sawiji-wiji, dadi padha sanalika, sampurna saka ing kodratingsun, Ing kono wus kanyatan pratandhaning apngalingsun kang minangka bebukaning Iradatingsun.”
Sesungguhnya Aku (Allah) Zat Yang Maha Kuasa menciptakan segala sesuatunya, menjadikan seketika., sempurna atas kodrat-Ku. Disitulah kenyataan menunjukklan af’al-Ku (perbuatan-Ku) yang