IMF memperingatkan ekonomi global berada di ambang resesi. Berkaca dengan resesi sebelum-sebelumnya, apa saja kesalahan umum yang harus dihindari?
BARISAN.CO – Dana Moneter internasional (IMF) memperingatkan, ekonomi global bisa segera tertatih-tatih di ambang resesi di tengah bukti bahwa AS, Cina, dan zona Eropa mengalami kemandekan dan inflasi lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
Dalam world economic outlook (WEO) terbarunya, IMF memangkas perkiraan pertumbuhannya pada tahun 2022 hingga 2023 serta meningkatkan prospek perlambatan lebih nyata. Dalam laporannya, inflasi global juga telah direvisi naik karena harga makanan dan energi serta masih adanya ketidakseimbangan pasokan-permintaan, dan diperkirakan akan mencapai 6,6 persen di negara maju dan 9,5 persen di negara berkembang tahun ini.
Resesi global adalah penurunan ekonomi yang berkepanjangan di seluruh dunia. IMF menggunakan serangkaian kriteria yang luas untuk mengidentifikasi resesi global termasuk penurunan produk domestik bruto (PDB) per lapita. Menurut definisi IMF tersebut, penurunan output global ini bertepatan dengan melemahnya indikator makroekonomi lainnya, seperti perdagangan, arus modal, dan lapangan kerja.
IMF mencatat, hingga tahun 2020 silam, telah terjadi empal kali resesi global sejak Perang Dunia II mulai tahun 1975, 1982, 1991, dan 2009. Pada tahun 2020, IMF mendeklarasikan resesi global baru, yakni Great Lockdown. Itu karena penerapan karantina dan jarak sosial yang meluas selama wabah Covid-19. Saat itu, menjadi rekor resesi global terburuk sejak Great Depression.
Pada saat Great Depression, resesi berlangsung selama 43 bulan. Namun, resesi terpanjang pasca Perang Dunia II terjadi selama 18 bulan mulai Desember 2007 hingga Juni 2009.
4 Kesalahan Umum yang Harus Dihindari Selama Resesi
Selama penurunan ekonomi, hindari menempatkan keuangan pada risiko dan bersiap dalam keadaan darurat apa pun. Berikut ini 4 kesalahan umum yang harus dihindari selama resesi berlangsung.
- Panik. Hindari rasa takut. Jika perubahan mendadak memicu kecemasan, tarik napas dalam-dalam, dan berusaha tenang. Saat panik orang cenderung impulsif. Maka, untuk itu tetap tenang dan berusaha berpikir jernih.
- Meningkatkan utang. Meski resesi menurunkan suku bunga, tidak disarankan untuk mengambil lebih banyak utang. Justru sebaliknya, fokuslah untuk melunasi utang yang sudah ada.
- Tidak menyiapkan dana darurat. Padahal, ini amat penting saat terjadi kejadian tidak terduga. Siapkan dana darurat sehingga dapat menutupi seridaknya tiga hingga enam bulan pengeluaran. Pastikan juga dana darurat ini mudah diakses dan tidak diinvestasikan untuk menghindari potensi kerugian dari volatilitas pasar.
- Tidak punya rencana cadangan. Pertama, buat anggaran sesuai seiring berjalannya waktu. Perbarui resume, hemat uang, atau mulai cari pekerjaan sampingan untuk mendapatkan tambahan jika terjadi hal tidak terduga.
Resesi dapat merusak ekonomi dan keuangan masyarakat. Itulah alasan betapa pentingnya memiliki dana darurat. Kita tidak dapat memprediksi kapan resesi akan terjadi, namun denagn menghindari empat kesalahan umum di atas setidaknya akan mencegah bencana finansial.
Jalani gaya hidup hemat, kumpulkan tabungan, dan ciptakan banyak aliran pendapatan akan membantu mengamankan masa depan finansial. [rif]