Luhut mengatakan sampai saat ini sudah ada 28 negara yang antre meminta pinjaman dari IMF.
BARISAN.CO – Presiden Jokowi, Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan hingga Menteri Keuangan Sri Mulyani, sudah memperingatkan bangsa Indonesia kemungkinan akan menghadapi situasi memburuk pada 2023.
Peringatan ini bukan tanpa dasar karena kini negara kuat seperti di Benua Eropa, sebagian Asia dan Amerika Serikat serta beberapa negara Amerika Latin sudah menghadapi tanda-tanda resesi.
Namun, seperti biasa pejabat di Indonesia selalu memiliki keyakinan di atas rata-rata. Seperti halnya saat pandemi mulai menyebar sejumlah elite di negeri ini sangat yakin dan juga menganggap ringan bahwa Covid-19 tidak akan sampai ke Indonesia.
Terkait kemungkinan resesi ekonomi pada 2023, Luhut pun kembali menyatakan keyakinannya bahwa ekonomi Indonesia bakal tahan badai. Paling, tidak Indonesia tidak akan mengemis kepada Dana Moneter Internasional (IMF).
Mengutip Jokowi, Luhut mengatakan sampai saat ini sudah ada 28 negara yang antre meminta pinjaman dari IMF. Indonesi diyakini tak sampai harus meminjam duit dari IMF
“Tadi Presiden sampaikan, ada 28 negara sekarang yang sudah antre masuk IMF. Kita jauh dari itu,” ujar Luhut sesuai mendamping Jokowi dalam Investor Daily Summit 2022 yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Selasa (11/10/2022).
Apa yang membuat Luhut begitu yakin Indonesia tidak bakal menjadi ‘pasien’ IMF? Rupanya Luhut sangat yakin dengan ketahanan ekonomi pasca Covid-19. Krisis global seperti inflasi, perang, perubahan iklim dan krisis pangan diyakini Luhut tak akan menggoyahkan ekonomi Indonesia sampai ke tingkat krisis.
“Perhatikan juga UMKM, kuncinya kan di situ aja,” kata Luhut sambil mengajak masyarakat Indonesia untuk kompak sehingga terhindari dari bencana ekonomi.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto juga turut mengamini sikap optimistik Luhut. Airlangga menyebut kinerja ekonomi Indonesia cukup impresif.
“Meski pada Juli 2022 IMF merevisi proyeksi ekonomi global dari 3,6% menjadi 3,2%, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup tinggi yakni di angka 5,3%,” katanya.
Menurut Airlangga, kinerja IHSG juga tercatat cukup baik di tengah tekanan global dan pelemahan indeks saham global.
“Dimana pada 10 Oktober 2022 IHSG mencatat return 6% (ytd) di posisi 6.982,5,” katanya.
Ditambahkan Airlangga, kendati terjadi goncangan, namun indikator eksternal Indonesia relatif kuat.
“Volatility Index Indonesia senilai 30,49 atau masih dalam batas nilai indikatif 30,” tambahnya
“Juga dengan perbandingan Credit Default Swap (CDS) Indonesia yang relatif lebih rendah dibandingkan Meksiko, Turki, Brasil, dan Afrika Selatan,” ujar Airlangga.
Melihat kinerja ekonomi Indonesia itu, Airlangga sepakat dengan Luhut, Indonesia tidak sampai harus pinjam duit ke IMF.
“Indonesia faktor eksternalnya masih sangat kuat. Sehingga Indonesia tidak termasuk dalam negara yang rentan terhadap masalah keuangan,” katanya.
“Bahkan di antara negara G20, Indonesia adalah negara yang pertumbuhan ekonominya nomor dua tertinggi setelah Saudi Arabia,” tambahnya.
Airlangga juga meyakinkan, ekonomi Indonesia juga ditopang market domestik. Pertumbuhan dari konsumsi sangat menolong Indonezia dari badai krisis.
“Dari internal, ekonomi kita kuat karena kita punya domestic market. Sekarang konsumsi turut menjadi bagian dari pertumbuhan ekonomi, terlebih diprediksi di tahun depan pun pertumbuhan ekonomi kita diantara 4,8%–5,2%,” katanya, optimistis.