Bright Institute dalam webinar-nya menyoroti bahwa pemerintahan Prabowo perlu melakukan reformasi struktural untuk meningkatkan investasi dan memperkuat ketahanan ekonomi dalam menghadapi risiko global
BARISAN.CO – Webinar bertajuk “Proyeksi IMF: Ekonomi Indonesia Tidak Kinclong” yang diselenggarakan oleh Bright Institute, Selasa (29/10/2024).
Ekonom senior Awalil Rizky mengupas tantangan yang dihadapi pemerintahan Prabowo Subianto dalam mencapai pertumbuhan ekonomi 8%.
Awalil menilai bahwa target ini nyaris mustahil tanpa adanya perubahan kebijakan yang fundamental dan signifikan.
Menyoroti laporan World Economic Outlook (WEO) dari International Monetary Fund (IMF) edisi Oktober 2024.
Awalil menegaskan bahwa meskipun ekonomi global diproyeksikan stabil dalam beberapa tahun ke depan, kondisi ini tidak sepenuhnya menjanjikan dan bahkan menghadapi risiko yang bisa berdampak pada stabilitas ekonomi di banyak negara, termasuk Indonesia.
Laporan WEO IMF menunjukkan bahwa ekonomi dunia dalam kondisi yang relatif stabil, namun tidak secerah harapan.
IMF memperkirakan bahwa kebijakan moneter, fiskal, serta reformasi struktural di berbagai negara akan mengalami perubahan besar, yang pada gilirannya akan berdampak pada pasar internasional dan ekonomi domestik setiap negara.
Menurut Awalil, perubahan kebijakan global ini penting untuk diperhatikan oleh pemerintah Indonesia, karena setiap langkah yang diambil negara-negara lain akan saling mempengaruhi dan memiliki dampak timbal balik yang signifikan.
Proyeksi IMF untuk ekonomi Indonesia hingga tahun 2029 mencatat stabilitas di berbagai indikator utama, meskipun stabilitas ini belum cukup menunjukkan perbaikan berarti dalam hal tingkat pengangguran dan peningkatan investasi.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang cenderung stagnan, IMF tidak melihat kemungkinan ekonomi Indonesia tumbuh hingga 8%, angka yang menjadi target ambisius pemerintahan Prabowo untuk mencapai pertumbuhan yang lebih kuat.
Sementara itu, dalam aspek fiskal, IMF menilai bahwa Indonesia memiliki kapasitas fiskal yang stabil, namun ruang fiskal yang tersedia masih terbatas, sehingga kurang memadai jika terjadi perubahan mendadak atau kebutuhan anggaran besar dalam waktu cepat.
Dalam hal kebijakan fiskal, proyeksi IMF menunjukkan bahwa pendapatan dan belanja negara diperkirakan tetap stabil dalam beberapa tahun ke depan.
Namun, stabilitas ini datang dengan catatan bahwa ketahanan fiskal Indonesia masih jauh dari memadai. Ruang fiskal yang sempit menandakan bahwa pemerintah memiliki kapasitas terbatas untuk mengatasi guncangan ekonomi eksternal atau kebutuhan mendesak lainnya.
Ketika ruang fiskal terbatas, pemerintah akan sulit untuk merespons tantangan ekonomi yang lebih besar dengan cepat, apalagi ketika ada keharusan menggenjot pertumbuhan hingga 8%.