Scroll untuk baca artikel
Khazanah

5 Peristiwa di Bulan Syaban yang Jarang Diketahui, Muslim Wajib Tahu

×

5 Peristiwa di Bulan Syaban yang Jarang Diketahui, Muslim Wajib Tahu

Sebarkan artikel ini
peristiwa di bulan syaban
Ilustrasi/Barisan.co
  1. Dianjurkannya Puasa Syaban sebagai Latihan Menuju Ramadan

Syaban juga menjadi bulan di mana Nabi Muhammad ﷺ sangat menganjurkan umatnya untuk memperbanyak puasa sunnah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu anha, beliau berkata:

كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ، كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيلاً. (رواه مسلم)

“Rasulullah saw sering berpuasa Sya’ban seluruhnya; beliau sering berpuasa Sya’ban kecuali sedikit saja’.” (HR Muslim).

Puasa Syaban dianjurkan sebagai bentuk persiapan ruhani sebelum memasuki bulan Ramadan. Selain itu, dalam hadits lain disebutkan bahwa Syaban adalah bulan di mana catatan amal manusia diangkat kepada Allah, sehingga Nabi ingin amalannya diangkat dalam keadaan berpuasa.

  1. Turunnya Ayat tentang Malam Nisfu Syaban

Malam Nisfu Syaban, yang jatuh pada tanggal 15 Syaban, diyakini sebagai malam yang penuh dengan rahmat dan ampunan dari Allah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يَطَّلِعُ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ، إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ.

“Sesungguhnya Allah melihat makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya’ban, lalu Dia mengampuni seluruh hamba-Nya kecuali orang yang musyrik dan orang yang bermusuhan (dengan sesama).” (HR. Ibnu Majah).

Banyak ulama yang menganjurkan untuk memperbanyak ibadah, seperti shalat malam, membaca Al-Qur’an, dan beristighfar pada malam ini sebagai bentuk penyucian diri sebelum memasuki bulan Ramadan.

  1. Persiapan Rasulullah Menyambut Ramadan

Di bulan Syaban, Rasulullah ﷺ juga memanfaatkan waktu ini untuk mempersiapkan diri menyambut bulan Ramadan, baik secara fisik, spiritual, maupun mental. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah menyampaikan kepada para sahabat tentang keutamaan bulan Syaban:

قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنَ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ. (رواه أبو داود والنسائي)

Aku (Usamah) berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihat engkau berpuasa sebulan penuh sebagaimana engkau berpuasa di bulan Syaban.’ Beliau bersabda, ‘Itu adalah bulan di antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan orang. Syaban adalah bulan diangkatnya amal perbuatan kepada Tuhan semesta alam. Jadi, aku ingin agar ketika amalanku diangkat, aku dalam keadaan puasa’.” (HR Abu Dawud dan an-Nasa’i. Ibnu Khuzaimah menyatakannya shahih)