Scroll untuk baca artikel
Blog

6 Mei dan Sejarah Hari Pengangguran Internasional

Redaksi
×

6 Mei dan Sejarah Hari Pengangguran Internasional

Sebarkan artikel ini

BARISAN.COBulan Mei bukan hanya diperingati sebagai Hari Buruh, namun juga hari pengangguran sedunia yang jatuh pada tanggal 6 Mei. Ini bermula ketika Depresi Hebat melanda Amerika di tahun 1929.

Dalam tempo 10 minggu, nilai saham di Bursa Efek New York anjlok hingga 50%. Partai Komunis Amerika membentuk Persatuan Serikat Pekerja yang kemudian membentuk Dewan Pengangguran yang kemudian mengorganisir protes pengangguran yang melanda seluruh negeri.

Seratus ribu pekerja yang turun ke jalan Union Square New York diserang secara brutal oleh ribuan polisi. Inilah yang menjadi awal Hari Pengangguran Sedunia. Demo berlanjut hingga beberapa bulan setelahnya di berbagai kota dan polisi tetap mengganggu para demonstran.

Dewan Pengangguran juga menggerakkan Pawai Kelaparan yang berlangsung sejak 1931. Di awal tahun 1932, satu dari empat pekerja menjadi pengangguran. Banyak orang yang pada akhirnya mendadak jatuh miskin. Bukan hanya pekerjaan, rumah dan tabungan pun lenyap kala itu. Maka, tak jarang orang mengalami gizi buruk saat itu.

Akibat serangan polisi, lima orang terbunuh atas serangan yang dilakukan oleh polisi di Ford Hunger March di Dearborn, Michigan. Prosesi pemakaman diikuti oleh 60.000 orang pada 7 Maret 1932.

Hingga pada tahun 1932, kerusuhan terjadi di seluruh negeri Paman Sam. Tentu banyak yang tak menyangka, di negara dengan surplus pangan yang begitu besar, kelaparan masih bisa terjadi. Sepertiga dari petani juga kehilangan pekerjaan. Jumlah pengangguran di tahun 1933 mencapai 25%.

Melihat Amerika di Masa Pandemi

Ketidaksetaraan masih terjadi di Amerika hingga saat ini. Hal ini terlihat dari tren pekerja kulit hitam secara persentase nilai 10% lebih banyak menganggur dibandingkan kulit putih. Di seluruh Amerika, tidak ada satu pun negara bagian memungkinkan tingkat pengangguran yang setara atau kemungkinan kulit hitam lebih rendah untuk menganggur dibandingkan kulit putih.

Selain itu, tingkat kematian orang kulit hitam dan Latin 2-4 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan orang kulit putih di kota. Distribusi yang tidak adil untuk pengujian serta sumber daya rumah sakit menjadi persoalan bagi orang kulit hitan dan Latin.

Tingkat pengangguran memang mengalami penurunan secara signifikan menjadi 6,3% pada Januari 2021. Sayangnya, gangguan pasar menjadi ciri khas resesi Covid-19.

Menurut survei Pew Research Center ada sekitar setengah dari jumlah orang dewasa di Amerika yang saat ini menganggur, cuti, atau diberhentikan sementara dan pesimis dalam mencari pekerjaan akan prospek mendatang. Sedangkan sebagiannya lagi, mempertimbangkan beralih bidang pekerjaan sejak menganggur.

Selama tidak bekerja, mereka mengalami lebih banyak mengalami kesehatan mental dan emosional.

Tingkat penganggguran dengan gelar pendidikan sarjana 65% lebih memungkinkan mengalami masalah kesehatan mental dibandingkan yang tidak memiliki gelar 54% dari sebelum pandemi. Bahkan pengangguran dengan penghasilan menengah keatas lebih memungkinkan untuk kehilangan jati diri mereka dibandingkan mereka yang berpenghasilan rendah dengan persentase 65% berbanding 46%.

Kini, berdasarkan laporan Biro Statistik Tenaga Kerja, ada lebih dari empat juta orang di Amerika menganggung dalam jangka waktu panjang. Sekitar 41,5% dari jumlah keseluruhan pengangguran telah menganggur lebih dari enam bulan dam masuk dalam periode keuangan yang berisiko.

Bahkan pada bulan April tahun lalu, The Brookings Institute menyampaikan jika lebih dari satu dari lima rumah tangga dan dua dari lima rumah tangga dengan ibu serta anak berusia 12 tahun ke bawah mengalami rawan pangan.