BARISAN.CO – Sudah menjadi kebiasaan seorang pakar, saat ia memasuki fase keilmuannya yang sudah ranum, ia akan turun gunung mengajarkan hal-hal mendasar tentang pengetahuan yang dikuasainya. Dalam tradisi kampus, pakar tersebut biasanya akan menyusun buku pengantar ilmu yang sekiranya dapat dimengerti mahasiswa semester awal.
Begitupun ilmu ekonomi. Banyak pakar ekonomi yang menulis pengantar keilmuan ini dengan baik. Dulu, dosen saya menyarankan agar mahasiswanya membaca pengantar ekonomi Gregory Mankiw. Dosen saya tidak memberi alasan kenapa harus buku Mankiw. Padahal, menurut saya, pengantar ekonomi Paul Samuelson lebih baik dari sisi manapun.
Gregory Mankiw tidak memenangkan Nobel. Paul Samuelson memenangkannya pada tahun 1970. Dan saya yakin Nobel adalah kesepakatan minoritas kreatif untuk menentukan siapa yang terbaik. Setidaknya, dulu saya kuat memercayai itu, sehingga kurang bisa mengerti apa harapan dosen saya dengan ia menyarankan buku Mankiw alih-alih buku Samuelson.
Mankiw sekalipun sebetulnya cukup baik menuliskan pengantar ekonomi. Tapi, demi daki yang menempel dalam koin lima ratusan, Samuelson memenangkan Nobel bukan atas alasan sembarangan. Menurut panitia Nobel: “Paul Samuelson telah berkontribusi secara aktif untuk meningkatkan tingkat analisis dalam ilmu ekonomi.”
Seorang kolega Samuelson di Massachusetts Institute of Technology, Robert M Solow, suatu ketika juga pernah menyinggung kenapa Samuelson berhak meraih Nobel. Dia berkata, “Ketika ekonom duduk dengan selembar kertas untuk menghitung atau menganalisis sesuatu, harus dikatakan bahwa tidak ada yang lebih penting dalam menyediakan alat yang mereka gunakan dan ide yang mereka gunakan selain Paul Samuelson,” katanya.
Pada tahun 1948, buku pengantar ekonominya pertama kali terbit. Buku ini, di kemudian hari, menjadi salah satu textbook yang paling banyak digunakan dalam sejarah pendidikan Amerika selama hampir 30 tahun. Selain itu, bukunya juga telah diterjemahkan ke 20 bahasa dan terjual 50.000 eksemplar dalam kurun setengah abad setelah pertama terbit.
Sebagai perangkat pembelajaran, pengantar ekonomi Samuelson banyak membuka cakrawala kita terhadap subjek-subjek ekonomi: permintaan dan penawaran; modal, alokasi, tenaga kerja, dan uang; peran pemerintah dalam perekonomian; sejarah uang dan bank; tabungan dan investasi; konsumsi; dan masih banyak lagi.
Memang, Samuelson tidak sampai menemukan frase populer yang menyihir imajinasi publik, semisal the affluent society (masyarakat tajir) yang dicetuskan John Kenneth Galbraith, atau the market of lemons oleh George Akerlof. Meski demikian, Samuelson memiliki keunggulan yang membuat buku-bukunya memikat.