BARISAN.CO – Nama Indonesia yang cukup terpuji di mata internasional sering menjadi alasan mengapa banyak warga negaranya mulus berkiprah di lembaga-lembaga multilateral. Hal tersebut disampaikan oleh Bagus Handoko, executive board assistant di Asian Development Bank (ADB)—sebuah bank yang bermarkas di Manila, Filipina.
“Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai share cukup besar di ADB, yaitu sekitar 5,4 persen. Atas share yang sedemikian besar ini Indonesia punya hak mengirim perwakilannya di board of directors,” kata Bagus Handoko dalam webinar yang diselenggarakan oleh forum Musyawarah Indonesia, Kamis (26/8/2021) kemarin.
Menurut Bagus, posisi Indonesia cukup kuat tidak hanya di negara sesama Asia, tetapi juga negara lain yang memiliki share di ADB seperti Amerika Serikat dan Australia. Apa yang dilakukan dan diperjuangkan Indonesia, kata dia, selalu dihormati oleh negara-negara tersebut.
Akan tetapi, para diaspora Indonesia yang bekerja di ADB bukan sebatas mengandalkan nama besar negaranya. Secara total, ada sekitar 30 warga negara Indonesia yang bekerja di headquarters ADB di Manila. Bagus memastikan bahwa mereka adalah orang-orang terbaik di bidangnya. Mereka berpengalaman dan pernah malang melintang bekerja di berbagai lembaga internasional.
“Ada yang pernah bekerja di Bank Dunia, Italia, Swis, maupun di organisasi-organisasi di negara lain,” kata Bagus.
Bagus mengatakan, Indonesia sebetulnya punya potensi untuk lebih banyak mengirim warganya mengisi pos-pos penting lembaga internasional. Apalagi menurutnya proporsi antara warga yang bekerja di lembaga multilateral dibanding total penduduk, hari ini, masih belum optimal.
“Kalau kita bandingkan dengan India atau China, keterwakilan Indonesia di organisasi internasional terlihat masih sedikit.”
Hal tersebut adalah kesenjangan yang perlu diperkecil. Menurut Bagus, pendidikan (terutama pendidikan yang berwawasan global), adalah kunci menjadikan lebih banyak warganya berkesempatan lebih besar untuk berkiprah di luar negeri.
Di soal pendidikan itu ia melihat pemerintah sudah menempuh trajektori yang tepat, dengan misalnya memberikan beasiswa bagi putra-putri terbaiknya bersekolah di luar negeri. Selain itu, pemerintah juga telah menyediakan kesempatan bagi mereka untuk bekerja di organisasi internasional.
Pendidikan berwawasan global, menurut Bagus, juga penting dikaitkan dengan visi 2045 di mana Indonesia diproyeksikan masuk sebagai jajaran negara maju, yang bersama itu menuntut warganya untuk juga siap bertanggung jawab terhadap dinamika global.
Maka menurut Bagus, pembangunan manusia di Indonesia harus menjadi poin terpenting. Lewat pendidikan maupun cara lain, warga negara Indonesia harus dibuat mampu untuk mencapai apa yang disepakati sebagai sesuatu yang bernilai di masa depan.
“Jangan hanya terpaku bahwa Indonesia adalah zamrud khatulistiwa yang punya resources banyak, tetapi harus kita lihat bahwa kekuatan Indonesia itu terletak pada umat manusianya,” pungkas Bagus. [dmr]