BARISAN.CO – Pengambilan keputusan adalah salah satu keterampilan terpenting yang perlu dikembangkan untuk anak Anda menjadi orang dewasa yang baik dan memiliki kepribadian pemimpin.
Belajar mengambil keputusan perlu dikenalkan dan dilatih sejak kanak-kanak, karena hal itu menentukan perkembangan dan kemampuan mereka untuk menjalani kehidupannya kelak.
Sayangnya hari ini, kebanyakan orang tua cenderung khawatir menyerahkan pengambilan keputusan untuk kepentingan anak oleh anak sendiri.
Tantangannya kini adalah ‘pop culture’. Dikenal juga sebagai ‘Budaya Populer’. Merupakan totalitas ide, perspektif, perilaku, meme, citra, dan fenomena lainnya yang dipilih oleh konsensus informal di dalam arus utama sebuah budaya, khususnya oleh budaya Barat di awal hingga pertengahan abad ke-20 dan arus utama global yang muncul pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21.
Dengan pengaruh besar dari media sosial, kumpulan ide ini menembus kehidupan masyarakat. Budaya populer ingin mengambil keputusan anak-anak Anda dari tangan mereka — dan juga dari Anda sebagai orangtua — lalu membuatkan keputusan bagi anak-anak Anda.
Budaya Populer Mendorong Untuk Membuat Keputusan yang Buruk
Banyak “korban” budaya populer melakukan aktivitas yang justru merugikan dirinya atau masa depannya, dan mereka melakukannya dengan senang hati karena “mengikuti tren”. Setiap kali keputusan melakukan sesuatu yang dipandang tren tersebut ditanyakan alasannya, sebagian besar menjawab:
- Mencoba tantangan baru
- Merasa perlu menunjukkan solidaritas pertemanan
- Bosan dengan hal yang biasa
- Tekanan teman sebaya
- Ingin mencari sensasi
- Supaya mudah dikenal orang lain melalui media sosial dan digital
Faktanya, itu adalah bagian dari “pekerjaan” anak-anak Anda untuk melakukan hal-hal bodoh. Pengambilan keputusan yang buruk adalah bagian penting dari jalan mereka menuju kedewasaan.
Namun, muncul masalah jika pengambilan keputusan mereka yang buruk terus berlanjut. Ini biasanya terjadi ketika orang tua tidak menganggap mereka bertanggung jawab atas keputusan mereka yang buruk.
Sebaliknya, membebaskan mereka dari masalah yang dihadapi anak-anak mereka. Anak-anak ini belajar bahwa mereka tidak bertanggung jawab atas keputusan mereka dan dapat terus melakukan hal-hal bodoh tanpa takut akan konsekuensi.
Dorong Anak Belajar Menjadi Pembuat Keputusan yang Baik
Mendorong anak-anak Anda untuk membuat keputusan sendiri tidak sesederhana mengatakan, “kamu yang membuat keputusan kamu sendiri.”
Sebaliknya, menyerahkan pengambilan keputusan kepada anak-anak Anda adalah proses berdasarkan usia dan kemampuan mereka. Akan sangat berbahaya untuk memberikan anak-anak kebebasan penuh dalam pengambilan keputusan mereka.
Mulailah dengan hal sederhana, misalnya melatih memilih makanan kesukaan, mengajak mereka menentukan mana yang harus dibeli; es krim atau cake coklat, atau tidak keduanya. Pilihan akan membuat sedikit tidak nyaman atau menantang hasrat anak. Namun kebiasaan itu akan menumbuhkan keterampilan memutuskan yang terbaik berdasarkan pilihan yang tepat.
Seiring bertambahnya usia anak, Anda dapat memperluas jumlah pilihan yang bisa diberikan kepada mereka. Anda juga dapat meningkatkan pentingnya keputusan yang mereka buat.
Misalnya, kegiatan apa yang mereka ikuti di sekolah (seperti ekstra kurikuler), apa saja yang akan dilakukan selesai makan malam, bagaimana mereka mengerjakan proyek kelas yang telah ditugaskan guru, dan lain-lain.
Bagaimana Proses Pengambilan Keputusan yang Baik?
Membantu anak-anak Anda mendapatkan pengalaman membuat keputusan sendiri adalah mendidik mereka tentang proses pengambilan keputusan. Proses itu yang justru paling penting, lebih penting daripada hasilnya.
Membuat keputusan yang baik memang tidak mudah dan membutuhkan pengalaman bertahun-tahun untuk dikuasai (tidak ada yang pernah benar-benar menyempurnakannya) bahkan orang dewasa kadang-kadang melakukan hal bodoh juga dari keputusan mereka.