Scroll untuk baca artikel
Edukasi

Mendidik dengan Doa, Mencerdaskan Otak Anak

Redaksi
×

Mendidik dengan Doa, Mencerdaskan Otak Anak

Sebarkan artikel ini

“…Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepada ku dan kepada orang tua ku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang engkau ridhai, dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sungguh, aku bertobat kepada Engkau, dan sungguh, aku termasuk orang muslim.” (QS. Al-Ahqaaf [45]:15)

Barisan.co – Masa saat Rasulullah Muhammad Saw awal, yakni pada saat Beliau menyebarkan Islam ke luar kota Mekah menuju ke Thaif. Perjalanan ini, Rasulullah ditemani sahabat Zaid bin Haritsah. Sesampainya di Thaif, Roaulullah menemui tiga orang pemimpin suku yang terpandang di daerah tersebut dengan harapan mereka akan mau menerima dan masuk islam. Akan tetapi, ketiga orang pemimpin ini justru tidak mau mendengarkan seruan Nabi Muhammad, bahkan di wilayah tersebut, ke manapun Rosulullah pergi selalu mendapatkan ejekan dari penduduk yang ada.

Setelah selama satu bulan di Thaif, Rosulullah dan Zaid bin Haritsah akhirnya diusir dari wilayah tersebut. Pengusiran tersebut juga diperburuk dengan dengan peristiwa pelemparan batu dan sahutan tepuk tangan mengejek oleh para penduduk Thaif, saat Rasulullah dan Zaid bin Haritsah masih dalam perjalanan yang tidak cukup jauh. Namun demikian, Rasulullah yang memiliki akhlak mulia tidak sedikitpun marah ataupun membalas tindakan kaum Thaif. Sebaliknya, Rasulullah justru mendo’akan, “Ya Allah, tunjukilah kaum ku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”

Berdasarkan sejarah tersebut, kita dapat mempelajari bagaimana Rasulullah mendidik ummatnya saat itu. Bahwa tidak hanya aspek lahiriyah saja, akan tetapi juga aspek non-lahiriyah yang menjadi sasaran dakwah Rasulullah. Tidak hanya pengajaran, nasihat, rangsangan dan ancaman, melainkan internal diri yang lebih intim, yakni melalui doa. Hal inilah yang harus dicontoh pula oleh para orang tua dalam mendidik anak dalam sebuah keluarga. Dimana metode pendidikan dengan mendoakan anak begitu sangat penting, karena kewajiban untuk mendoakan anggota keluarga bersifat sirkular yang terus terhubung. Anak berkewajiban mendoakan orang tua dan orang tua juga punya kewajiban mendoakan anak.

Mencerdaskan Otak Anak

Kebutuhan bertuhan atau memiliki spiritualitas merupakan kebutuhan yang tidak bisa dipungkiri oleh setiap manusia. Terdapat keterkaitan secara langsung dan tegas antara kebutuhan tersebut dengan ketersediaan potensi ketuhanan dalam diri manusia, yaitu perangkat yang ada dalam otak manusia.

ada tahun 1997, penelitian Prof. Vilyanur Ramachandran, seorang ahli ilmu saraf dari Universitas California San Diego telah menemukan lokus bagi spiritualitas atau bertuhan di bagian otak manusia. Bagian otak ini adalah god spot yang berperan penting dalam perasaan-perasaan mistis dan spiritualitas. Bagian otak yang memberikan respon atas ajaran moral keagamaan dalam lobus temporal seseorang.

Dalam penelitian tersebut, dilaporkan empat hal penting. Pertama, osilasi 40Hz, ditemukan oleh Denis Pare dan Rudolpho Llinas. Kemudian dikembangkan menjadi spiritualitas intelligence oleh Danah Zohar dan Ian Marsal.

Kedua, alam bawah sadar kognitif yang ditemukan oleh Joseph deLouxdan. Lalu dikembangkan menjadi emotional intelligence oleh Daniel Goleman serta Robert Cooper dengan konsep suara hati.

Ketiga, god spot pada daerah temporal yang ditemukan oleh Michael Persinger dan Vilyanur Ramachandran, serta bukti gangguan perilaku moral pada orang dengan kerusakan lobus temporal.

Keempat, somatik marker (penanda somatik) oleh Antonio Damasio. Keempat bukti ini memberikan informasi tentang adanya keterhubungkaitan hati nurani dalam otak manusia, termasuk dalam otak seorang anak.