BARISAN.CO – Salahuddin al-Ayyubi yang terlahir dengan nama Salahuddin Yusuf bin Ayyub bin Syadzi atau Salah Ad-Din Ibn Ayyub. Di kalangan bangsa eropa, ia dikenal dengan nama Saladin merupakan salah seorang panglima perang dan jenderal dalam sejarah Islam.
Salahuddin Al-Ayyubi banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin serta menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam di hadapan agresi orang-orang Kristen Eropa. Selain panglima perang yang melawan pasukan salib, Salahuddin Al-Ayyubi Mengembalikan Mesir ke Tangan Khalifah Abbasiyah Sunni dari tangan Khalifah Fatimiyah.
Salahuddin al-Ayyubi berasal dari kalangan ‘ajam (non-Arab), tidak seperti yang disangkakan oleh sebagian orang bahwa Salahuddin al-Ayyubi adalah orang Arab. Sesungguhnya ia berasal dari suku Kurdi.
Salahuddin al-Ayyubi lahir pada tahun 1138 M di Kota Tikrit, Irak, kota yang terletak antara Baghdad dan Mosul. Ia melengkapi orang-orang besar dalam sejarah Islam yang bukan berasal dari bangsa Arab, seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Tirmidzi, dan lain-lain.
Salahuddin al-Ayyubi sejak kecil gemar mempelajari strategi dan teknik berperang, khususnya bermain pedang dan berperang dengan pisau. Pada akhirnya Salahuddin menguasai seni berperang ini.
Di tempat ini juga Shalahuddin kecil mulai mempelajari Alquran, menghafal hadis-hadis Nabi Muhammad Saw. Serta mempelajari bahasa dan sastra Arab, dan ilmu-ilmu lainnya. Ia memiliki kepandaian dan ide-ide yang cemerlang.
Salahuddin al-Ayyubi adalah seorang muslim Sunni bermazhab Syafi’i. Fikih Syafi’iah sudah dikenalnya semenjak masa kecilnya, mazhab fikih yang kelak beliau usahakan penyebarannya.
Saat berhasil merebut kekuasaan di Mesir, Salahuddin al-Ayyubi berusaha keras untuk menyebarkan mazhab Syafi’iah. Ia berkeinginan untuk menjadikan mazhab Syafi’i sebagai mazhab resmi menggantikan mazhab Syiah sebagai mazhab resmi Bani Fatimiyyah.
Masuknya Salahuddin Al-Ayyubi ke Mesir
Pasukan Kristen pada awal-awal tahun perang Salib mampu menaklukkan banyak daerah yang didiami oleh umat Muslim. Penaklukan pasukan Kristen mampu memompa semangat mereka hingga tertanam keinginan untuk menaklukkan Kairo, ibu kota pemerintahan Bani Fatimiyyah.
Pasukan Kristen bergerak ke kota Kairo, mereka merebut, merampas dan membunuh orang-orang yang tinggal di daerah lintasan perjalanan menuju Kairo. Belbeis (Mesir) termasuk salah satu kota yang dikuasai, hingga pada akhirnya mereka sampai di Kairo dan mengepung kota Kairo.
Warga kota Kairo yang merasa takut. Jangan-jangan memperlakukan orang-orang di Kairo sebagaimana apa mereka lakukan di Belbeis bangkit mengusung perlawanan membela kota mereka.
Bani Fathimiyah yang dipimpin Khalifah Al-‘Adhid mulai digoncang pergolakan di dalam negerinya. Para menteri Bani Fatimiyyah mendapat kekuasaan besar hingga memperlemah kekuasaan khalifah Bani Fatimiyyah.
Rapuhnya fondasi-fondasi pemerintahan, para menteri memperoleh kekuasaan dan mereka saling memperbutkan kekuasaan satu sama lain. Sehingga membuat orang-orang Maroko, Sudan dan terlebih Turki berkeinginan melakukan revolusi.
Saat itu Nuruddin Mahmud melihat sebuah peluang untuk menaklukkan kerajaan Syiah ini. Beliau berpandangan penaklukkan Bani Fathimiyyah adalah jalan lapang untuk membebaskan Jerusalem dari kekuasaan Pasukan Salib.
Nuruddin Mahmud merealisasikan cita-citanya, beliau mengirim pasukan dari Damaskus yang dipimpin oleh Asaduddin Syirkuh bersama keponakannya, Shalahuddin al-Ayyubi, ke Mesir. Asaduddin dengan enam ribu bala tentara bergerak menuju Mesir. Sebelumnya para prajurit dengan diberikan uang dua puluh dinar dan memenuhi segala kebutuhannya.