BARISAN.CO – Bentuk pemaknaan agama yang dinamis yakni mampu menyatu dengan tradisi masyarakat setempat. Ritual agama tidak hanya bersifat fundamental akan tetapi di era modern ini, agama mampu menjadi jalan kebersamaan. Sehingga agama tidak lepas dapat lepas dari tradisi atau budaya yang sudah mengakar di masyarakat. Salah satu tradisi masyarakat yakni tradisi brokohan atau tradisi menyambut kelahiran bayi, maupun tradisi lainnya.
Bagi sebagian masyarakat di Indonesia baik di Jawa, Kalimantan maupun Sumatera masing-masing memiliki tradisi yang kental. Masyarakat nusantara sudah biasa dengan beragam upacara dan tradisi, baik terkait lingkungan sekitat maupun beragam aktivitas yang melingkupinya. Upacara dan tradisi dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan akan ketentraman jiwa atau spiritual.
Biasanya upacara dan tradisi dilakukan sebagai bentuk untuk mengucapkan rasa syukur dan menangkal hal-hal yang buruk. Jika dulu masyarakat tradisional, nuansa tradisi semacam ini penuh dengan nilai mistik atau hal gaib. Akan tetapi secara logis jika diambil nilai aksiologinya maka akan menemukan pemahaman yang lain.
Bentuk upacara dan tradisi di masyarakat biasanya dilakukan dengan melibatkan banyak orang. Tradisi ini lalu dipimpin oleh sesepuh masyarakat atau orang yang dituakan di masyarakat.
Masyarakat terutama orang Jawa melihat tradisi sebagai pelayanan terhadap lingkungan hidup. Oleh karena lingkungan hidup itu perlu dilestarikan dengan tata cara ritual-ritual masyarakat setempat. Seiring masuknya agama ritual tradisi dan upaya di masyarakat mengalami penyesuaian. Sehingga agama tidak memisahkan diri dari tradisi masyarakat.
Arti brokohan
Brokohan merupakan upacara tradisi menyambut kelahiran bayi. Kata brokohan berasal dari kata brokoh-an yang memiliki arti memohon berkah dan keselamatan atas kehaliharan bayi.
Brokohan juga berasal dari bahasa arab yakni barokah (البركة) artinya nikmat. Arti lain dari barokah yakni mubarak dan juga tabaruk. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti bekah adalah karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia.
Jadi tradisi brokohan adalah upacara tradisi atas karunia Allah Swt atas kelahiran bayi supaya mendapatkan keberkahan atau keselamatan. Tujuan dari tradisi ini yakni sebagai bentuk rasa syukur atas karunia atau amanah kelahiran bayi.
Bahkan di beberapa daerah tradisi brokohan tidak hanya saat ada kelahiran bayi, akan tetapi tradisi ini berlaku juga atas kelahiran hewan ternak terumata sapi dan kerbau.
Sedangkan munculnya tradisi brokohan tidak tahu kapan pastinya, namun jika menilik kisah Nabi maka akan mendapati bentuk penyajian. Bentuk penyajian ini yakni seperti yang dilakukan Nabi Adam. Begitu juga Nabi Sulaiman, nabi yang mampu berkawan dengan hewan bahkan mampu berbicara dengan para binatang.
Tata cara brokohan
Adapun tata cara pelaksanaan tradisi brokohan sebagai bentuk syukur atas kelahiran bayi yakni pihak tuan rumah atau yang memiliki hajat mempersiapkan makanan. Makanan siap saji ini diisi dengan beragam sayuran atau urapan seperti urapan sayur-sayuran, telur, ikan kering, tempe dan tahu.
Lalu mengundang masyarakat untuk melakukan ritual upacara brokohan. Di masyarakat Jawa tradisi brokohan yang diundang hanya untuk ibu-ibu. Kemudan ritual upacara dipimpin oleh pemuka agama setempat atau orang yang dituakakan.
Pemimpin upacara akan membacakan zikir dan selawat Nabi Muhammad Saw. Lalu ditutup dengan doa, dan makanan brokohan dibagikan kepada para jamaah brokohan.
Agama mampu menjawab tradisi masyarakat, sehingga tradisi yang berkembang di masyarakat tetap lestari.