BARISAN.CO – Lantunan tembang Dhandhanggula Ambal Warsa oleh Yanti S Sastro Prayitno diiringi musik karinding Es Cao Dewi membuka acara Sedekah Budaya. Gelar acara Sedekah Budaya diselenggarakan Bengkel Sastra Taman Maluku (BeSTM), sekaligus memperingati Hari Ulang Tahun ke lima.
Bertempat di Gedung Monod, 3 gelar acara dilangsungkan yakni HUT ke-5 BeSTM, launching 3 buku karya Gayatri dan peringatan 1000 hari wafatnya NH Dini. Acara ini juga ditayangkan live di channel Youtube, Sabtu (4/12/2021).
Ketua BeSTM, Sulis Bambang mengatakan peringatan 1000 hari wafatnya NH Dini semestinya jatuh di bulan September, terpaksa disatukan dengan kegiatan Sedekah Budaya.
“Begitu juga ulang tahun Bengkel Sastra yang biasanya diselenggarakan pada bulan Juli. Barangkali suasana Pandemi Covid-19 menjadikan semua hal harus tertunda dan mencari alternatif baru dalam berkegiatan,” lanjutnya.
Sulis Bambang merasa bersyukur ketiga acara dapat dilaksanakan bersamaan dalam wadah sedekah budaya.
Peringatan 1000 hari NH Dini semakin apik dengan musikalisasi novel yang dibawakan Aan Nawi. Musikalisasi novel diambil dari judul asli Pada Sebuah Kapal karya NH Dini. Novel Pada Sebuah Kapal bercerita tentang liku-liku kehidupan dan membangun rumah tangga.
Sulis Bambang bercerita tentang masa akhir kehidupan NH Dini, bahwa dirinya dipasrahi uang 15 juta untuk proses pemakamannya. Lalu ia mengatakan kenapa harus saya? Apa tidak pihak keluarga saja. Namun ketika NH Dini sudah memberikan kepercayaan, maka harus diterima.
“Karakter Mbak NH Dini itu keras, namun ketika kita bisa mengambil hikmah sungguh sangat bermanfaat. Sebab NH Dini sangat menjaga privasi dan ia adalah novelis Indonesia yang telah banyak menelurkan karya, bahkan dunia internasional mengakuinya,” terang Sulis.
Selanjutnya, launching 3 buku karya Gayatri berjudul Bulik Santinet, Pendar-pendar dan Sekumpulan Kisah Bathara Kala, Panakawan, dan Ruwatan. Gayatri sendiri merupakan Ibu dari Ketua BeSTM Sulis Bambang yang telah meninggal 6 bulan lalu. Perlu diketahui bahwasanya Gayatri adalah nama pena, ia memiliki nama asli Sri Kartini.
Jurnalis Senior Edhie Prayitno Ige memiliki pengalaman ketika hendak wawancara NH Dini. Waktu itu ia ditanya, “Berani bayar berapa kamu mau wawancara aku?”
Dari pernyataan NH Dini ini, Edhie bisa memahami arti saling menghormati dan arti saling mengapresiasi.
“Kenapa, sebuah berita BBC itu apa pun adalah lembaga profesional. Artinya dari setiap wawancara dan berita, sedikit banyak menghasilkan profit. Ini artinya NH Dini telah mengajarkan tentang kesetaraan,” terang Edhie. (Luk).
Video selengkapnya: