ARTI penting membaca diakui oleh semua orang. Para ahli pun menyebutnya sebagai metode terbaik dan efektif untuk mendapatkan informasi atau pengetahuan. Rajin membaca diakui tidak hanya akan memperluas wawasan, namun terus mengasah kemampuan penalaran.
Secara teknis, orang akan memahami banyak kata dan berbagai model kalimat. Bermodal itu, akan meningkatkan kemampuannya menyerap berbagai konsep. Bahkan, mengerti apa yang tersirat dari kalimat yang tersurat.
Membaca tampak sebagai kegiatan yang mudah dilakukan, namun tidak mudah untuk dijadikan kebiasaan. Banyak orang merasa bosan atau hanya bertahan sejenak ketika membaca. Apalagi bagi usia anak-anak yang lebih terdorong untuk beraktivitas lainnya. Peran orang tua menjadi sangat penting mendorong, membiasakan dan kemudian membudayakan membaca pada anak.
Saya ingin berbagi pengalaman tentang sebagian upaya keluarga kami agar anak gemar membaca. Kisah ini berlatar waktu belasan tahun lalu, sehingga mungkin tak sepenuhnya sesuai dengan kondisi kekinian, terutama dalam hal contoh.
Upaya pertama dan utama berupa membacakan buku cerita untuk anak sejak mereka belum bisa membaca sendiri. Keempat anak kami ketika masih kecil tampak senang dibacakan cerita sebelum tidur.
Di rumah kami tersedia cukup banyak buku cerita anak. Mereka boleh memilih satu buku untuk dibacakan menjelang tidur. Jika bukunya tebal dan terdiri dari beberapa kisah, hanya boleh memilih salah satunya.
Ternyata, masing-masing anak memiliki cerita favorit sendiri. Kebetulan, tidak ada yang sama untuk empat anak kami. Semua buku cerita pernah dibaca satu atau dua kali untuk tiap anak atau didengar bersama. Namun, cerita yang favorit bisa dibaca terus menerus hingga beberapa bulan.
Ira sangat menyukai buku cerita berseri tentang Bamba Biru si Lumba-lumba. Dari empat judul, yang paling berkesan dan jadi favoritnya adalah “Bamba Biru dan Kunci Emas”. Setiap mau tidur, selalu minta dibacakan buku ini sampai dia hafal.
Ketika ada teman saya bertamu ke rumah, kebetulan melihat Ira tampak membaca buku itu dengan bersuara dan lancar. Dia terkagum-kagum karena tahu umurnya baru 3 tahun, “Wah, Ira sudah bisa membaca?” Saya jelaskan bahwa dia belum bisa membaca, cuma sudah hafal ceritanya.
Manfaatnya langsung terasa kemudian, belajar membaca membutuhkan waktu yang tidak lama buat Ira. Hanya sebulan sejak diberi buku belajar membaca di TK B, Ira sudah mulai praktek membaca buku cerita sendiri.
Kegemaran Ira membaca kemudian nyaris tak terbendung. Abahnya kewalahan untuk terus mencari berbagai buku. Semula, abahnya mencoba memilih bacaan yang sesuai usianya saja. Kemudian abah memutuskan sedikit melonggarkan, sehingga Ira boleh membaca buku yang diperutukan usia lebih tua. Salah satunya, buku pertama Harry Potter yang dibacanya saat kelas tiga SD.
Ketika mulai mengikuti berbagai lomba Sain, Ira mampu mengikuti banyak bidang. Banyak gelar juara untuk berbagai lomba. Oleh karena untuk olimpiade sain nasional, tiap anak hanya boleh mengikuti salah satu bidang pada satu tahun lomba, maka Ira memilih Matematika dan kemudian Kimia. Dalam bidang Kimia, prestasinya hingga tingkat internasional.
Adli lebih menyukai buku cerita Tiki dan Kereta Api. Setiap mau tidur, siang maupun malam hari, dia minta dibacakan buku ini. Kereta api kemudian menjadi obyek pengamatan kesukaannya. Mainan yang paling disukai adalah kereta api. Dia sangat senang jika diajak abahnya piknik ke stasiun atau naik kereta api.
Dia sangat sering membandingkan kereta api yang dilihatnya di stasiun dengan yang tertulis di buku. Saya dan suami pun berusaha membeli berbagai buku tentang kereta api, termasuk buku bekas. Mulai dari “Kisah Kereta Api” oleh Richard Bowood (penerbit BPK Gunung Mulia) yang sederhana hingga buku tebal, bagus dengan gambar berwarna. “Angkutan dan Komunikasi” (penerbit Pustaka Time – Life) dari seri Khazanah Pengetahuan Bagi Anak-Anak merupakan salah satunya. Di bagian Kereta Api, Adli bisa melihat gambar dan membaca tentang kereta api di masa-masa awal di Inggris hingga kereta cepat terkini di Jepang.