BARISAN.CO – Pepatah “nrimo ing pandum” sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Jawa. Istilah ini merupakan bentuk kepasrahan seseorang atas limpahan baik kenikmatan maupun kesusahan.
Akan tetapi acapkali penggunaan istilah tersebut berlaku pada seseorang yang sedang mengalami masa-masa kesulitan atau sedang mengalami musibah. Sehingga kenikmatan berupakan kebaikan atau kebahagiaan seakan hilang.
Namun pepatah Jawa tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, seperti halnya kutub positif maupun negative. Sebelumnya, perlu diperjelas arti nrimo ing pandum.
Nrimo ing pandum berasal dari kata nrimo artinya menerima dan pandum artinya pemberian. Jadi nrimo ing pandum artinya menerima atas segala pemberian
Pepatah tersebut juga menjadi falsafah Jawa yang terkadang dikerdilkan dilihat dari makna atau artinya. Sebab seakan-akan tidak memiliki etos kerja maupun sekadar pasrah menerima, sehingga tidak memiliki motivasi untuk menerima lebih.
Qanaah
Berbeda dengan khazanah tasawuf, falsafah nrimo ing pandum merupakan tingkatan maqam yang memiliki makna yang sama yakni sifat qanaah. Arti qanaah adalah menerima atas segala yang telah dikaruniakan dan dilimpahkan Allah Swt kepada hambanya.
Jadi dalam khazanah ini, bukan sekadar pasrah akan tetapi merupakan sikap pendirian dan ketundukan seorang hamba atas segala karunia Allah Swt. Karunia tersebut bukan sekadar sesuatu yang memiliki kenikmatan atau kebahagiaan, namun juga limpahan kesedihan atau kesusahan.
Allah Swt berfirman dalam surah Az-Zumar ayat 49:
فَإِذَا مَسَّ ٱلْإِنسَٰنَ ضُرٌّ دَعَانَا ثُمَّ إِذَا خَوَّلْنَٰهُ نِعْمَةً مِّنَّا قَالَ إِنَّمَآ أُوتِيتُهُۥ عَلَىٰ عِلْمٍۭ ۚ بَلْ هِىَ فِتْنَةٌ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya: “Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: “Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku”. Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui.” (QS. Az-Zumar: 49)
Nrimo ing pandum atau qanaah adalah menerima dan selalu merasa cukup yang menjadi bagian sifat terpuji seorang hamba karena mengedepankan rasa syukur atas segala nikmat dan karunia Allah Swt.
Filosofi nrimo ing pandum merupakan konsep qadha dan qadar Allah Swt yakni sebuah ketetapan yang telah diatur. Oleh karena itu, sifat laku orang Jawa ini merupakan bentuk keimanan atas ketetapan yang telah berlaku untuk hambanya.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda:
انظروا إلى من هو أسفل منكم ولا تنظروا إلى من هو فوقكم ، فهو أجدر أن لا تزدروا نعمة الله عليكم
Artinya: “Pandanglah orang yang berada di bawahmu dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Pepatah jawa di atas merupakan cermin untuk senantiasa bersyukur baik nikmat harta maupun dunia.